Bila takdir rinduku terjejak dalam puisi saja, maka ijinkan seumur hidupku kan kuhabiskan berpuisi merindu dirimu
Sedih memang, namun kubahagia kala hati dan bibir ini menyebut namamu dalam kerinduan yang menyiksa batin ini
Kau yang disana, bertanggung jawablah pada rindu yang kau titipkan padaku
Jangan kau berlari menjauh, disaat kurapuh karena rindu yang menggerogoti semangatku
Andai suatu hari nanti, kau mengingatku dalam awal tidur malammu, percayalah itu adalah malam yang kesekian kali bagiku yang sudah terlebih dahulu mengingatmu dalam pejam tidurku
Aku adalah wanita pendosa yang selama ini ternyata telah berbohong pada hati nurani dan semesta bahwa aku melupakanmu dan menginginkanmu untuk pergi
Apabila bibir ini berkata aku sudah cukup berusaha dan lelah memohon cinta dan sayangmu, nyatanya aku telah berdusta  dan aku tak pernah ingin melepasmu dalam angan indahku
Semesta tahu bahwa tak pernah habis kata-kataku untuk menggambarkan rasa yang ada di hati ini jika mengurai tentang cinta ini
Jika memang ini adalah puisi terakhirku untukmu, namun rasa sayangku takkan pernah berakhir bagai daun diatas arus air yang entah sampai kapan akan berhenti menyusuri rindu
Pada akhirnya nanti, pasti akan berat bagiku, tapi aku berusaha mengalihkan duniaku darimu dan mencintai diriku sendiri dengan lebih baik lagi
Palembang, 3 Februari 2025