Mohon tunggu...
Ike Nur Zaini
Ike Nur Zaini Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya Pemain

Coba Selagi Bisa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Korban Corona Membuka Suara

15 November 2021   13:13 Diperbarui: 15 November 2021   13:53 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hadirnya Virus Covid 19 merupakan musibah bagi dunia. Semenjak diakui keberadaannya di Indonesia, pandemi ini mampu mengubah bahkan membuat peraturan baru. Virus yang berasal dari Wuhan ini mulai menginjakkan kaki di negara tercinta pada tahun 2020. Dan masih berkeliaran sampai detik ini. Terhitung sudah hampir dua tahun lamanya ia melalang buana ke berbagai daerah yang ada di Indonesia. Seperti penjelajahan tetapi bukan, lebih tepatnya penjajahan.

Pandemi ini berhasil merubah sistem pendidikan. Pembelajaran siswa sekolah maupun mahasiswa dialihkan melalui jaringan online atau yang lebih dikenal dengan istilah daring. Tidak berhenti pada sistem yang ada. Pasalnya pemerintah seolah tutup telinga dengan keluhan korban sistem daring. Tidak sedikit siswa pelajar yang tidak memiliki handphone. Karena mereka berasal dari berbagai kalangan dengan latar belakang ekonomi yang berbeda.

Pemerintah memang sudah memberikan bantuan berupa kuota belajar untuk yang memiliki kartu perdana. Tentunya tidak hanya kartu perdana, melainkan yang memiliki handphone pintar. Lalu, bagaimana kabar mereka yang berasal dari kalangan bawah yang tidak mampu membeli hanphone ? Bahkan untuk makan saja susah.

Setiap keputusan yang ditetapkan pasti ada efek baik buruknya. Memang ini demi keselamatan masyarakat Indonesia terutama generasi bangsa. Karena virus covid19 tidak bisa dipandang remeh. Aksinya cukup cekatan dan cerdik. Tetapi, pemerintah juga harus cukup cerdik untuk menangani efek dari keputusan tersebut.

Beberapa bulan yang lalu saya berbincang dengan salah satu korban sistem pemerintah ini. Ia mengatakan bahwa untuk bisa mengikuti pembelajaran online, ia mendatangi rumah temannya yang memiliki handphone. Bahkan tugas-tugasnya juga dikirimkan oleh temannya. Buruknya, terkadang terjadi konflik antara dia dan temannya sehingga berimbas pada nasib sekolahnya. Ia tidak diperbolehkan menitip tugas untuk dikirim melalui ponsel pintar milik temannya.

Masih baik nasib mereka yang memiliki latar belakang ekonomi menengah keatas. Tidak perlu dikhawatirkan lagi untuk memiliki ponsel pintar. Hanya saja efektivitas belajar yang menjadi permasalahan sebagian dari mereka. Pembelajaran daring memang terdengar lebih asik, karena waktu pembelajaran lebih cepat dibanding tatap muka. 

Tetapi hal tersebut tidak membuat siswa pelajar senang ataupun antusias. Beberapa dari mereka mengatakan, belajar daring tidak ada penjelasan materi. Hanya ada tugas yang bisa dibilang kelewat batas. Jadi wajar saja kalau kelas 4 SD tidak mengenal perkalian bahkan hari kemerdekaan. Inilah generasi penerus bangsa jebolan pandemi.

Dalam situasi pandemi memang tidak mudah untuk mengambil keputusan. Tetapi setidaknya dari setiap keputusan harus ada solusi yang jitu. Untuk menciptakan generasi bangsa yang mumpuni itu butuh kesadaran. Tidak hanya dari diri sendiri melainkan pemerintah juga harus ikut andil untuk mendukung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun