Mohon tunggu...
Ike Mayasari
Ike Mayasari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Hanya makhluk ciptaan Tuhan yang tidak mempunyai apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

FFK Solilokui Pertambahan Usiaku

18 Maret 2011   14:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam duniaku yang sempit waktu itu berjalan, aku dapat merasakan kakikakinya melangkah dan membawaku serta.

Mengiringi rembulan dan mentari, jagad itu menjadi jagad waktuku, berputar selalu dalam genap dua puluh empat petak waktu yang membagi dengan tepat jam dinding bundar di kamarku.

Mengiringi usia yang terus bertambah dari hari kehari.

Hingga saat ini, waktu tetap setia berjalan bersamaku. Ada kalanya aku mengeluh ketika berharap ada lebih banyak ketenangan dan kedamaian dalam jiwa. Berharap kegembiraan dapat mempersiapkan aku untuk menghadapi kesedihan yang mungkin saja mengintip pada kelokan jalan entah di mana pada suatu detik, menit dan jam tertentu yang tak terelakkan. Sering aku berpikir, kalau saja kesedihan dan kegembiraan bisa seiring sejalan, tak begitu jauh lekuk dan ceruk yang diambil. Ah, bukan aku penentu takdirku sendiri, aku pengelana perjalanan nasib, sedangkan takdir, ia memiliki jaringjaring yang jauh lebih luas dari sekedar aku. Dan, Ohh malam. Malam yang membalut tubuhku dengan selimut kelam dan kerlip bintang serta lagulagu gumamam semesta. Setia engkau mengisi waktuku selalu, menyeduhkan teh kentalku dengan perenungan tentangNya, lalu menemani sujudsujudku untuk menyempurnakan hidupku. Doadoa, menjadi simpul penutup hari. Harapanharapan yang tak pernah selesai, selalu saja ada dan kembali entah dari mana. Ya, harapan. Kau selalu ada di dalam waktuku yang setia. Dan aku, dalam diriku yang kecil di dalam semestaMu yang besar, kokoh dan tak terangkum dalam genggam akal pikir rasa dan nalarku ini hanya berharap dari hari ke hari.

Untuk dapat memetik makna pengalaman hidup, sehingga aku mampu menyadari perjalanan ini walau nampaknya seperti sebuah pengurangan masa umur, namun merupakan pertambahan berkatberkat yang tak mampu kuhitung, jauh dari cukup, selalu melebihi kemampuanku untuk meminta.

Pada desir awan di langit yang bergerak dan berarak di dunia ini aku merefleksikan diri, menyadari bahwa saat ini adalah saat menata hidup untuk perjalanan menuju sesuatu di masa depan. Ah, aku merangkai sekarang agar didepan sana segala sesuatu menjadi lebih baik.

Dan aku mulai setiap waktuku dengan bersyukur atas setiap segala yang Pencipta anugerahkan, apakah itu terang ataukah gelap, apakah itu hujan yang ramah atau badai yang marah.

KepadaMu pengatur waktuku, kuserahkan segala, tak mau aku berpaling mencari kekuatanku sendiri.

*********************

Kolaborasi : Ge Siahaya & Ike Mayasari (No. 146 : Duet Dadakan)

Note : UNTUK MEMBACA TULISAN PARA PESERTA FFK YANG LAIN MAKA DIPERSILAKAN MENGUNJUNGI BLOG Kampung Fiksi sbb: KampungFiksi@Kompasiana




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun