Mohon tunggu...
Ikbar Raihan Rasyiq
Ikbar Raihan Rasyiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Criminology Student at University of Indonesia

Sosial & Kejahatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nihil Serangan Teror Selama Dua Tahun, Indonesia Raih Predikat Low Impact

24 Januari 2025   13:36 Diperbarui: 24 Januari 2025   13:36 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
A Map of Indonesia (Sumber: Canva/DanielBendjy)

Baru-baru ini Indonesia mencatatkan pencapaian yang baik dalam bidang keamanan nasional. Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh World Terrorism Index (WTI) pada 13 Januari 2025, Indonesia dinyatakan tidak mengalami serangan terorisme selama dua tahun berturut-turut sehingga terdapat kemajuan besar dalam upaya penaggulangan terorisme. WTI yang dibentuk oleh Research Center for Security and Violent Extrimism (ReCURE) bersama Program Studi Kajian Terorisme SKSG UI pun memberikan predikat kepada Indonesia sebagai negara low impact. Hal tersebut menunjukan Indonesia berhasil menjaga stabilias nasional, terlepas dari dinamika terorisme global yang masih terjadi di banyak negara.

Faktor terbesar yang mendukung pencapaian Indonesia dalam mengurangi ancaman terorisme adalah efektivitas dan terkoordinasinya penanggulangan terorisme oleh berbagai lembaga negara dan kelompok masyarakat. Sejak berdirinya Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT) pada 2010, Indonesia semakin meningkatkan fokus dalam menanggulangi terorisme dari berbagai aspek. Mulai dari aspek pencegahan, pendidikan dan rehabilitasi. Pemerintah Indonesia juga mengadakan kerja sama dengan lembaga kontra-teror di berbagai negara untuk meningkatkan kualitas SDM dan memperkuat upaya deteksi dan mitigasi terhadap setiap potensi ancaman terorisme yang bersifat lintas negara.

Keberhasilan dalam penanggulangan terorisme terlihat dari upaya Indonesia dalam mengelola setiap informasi yang dikumpulkan dan operasi kontra-teror yang dijalankan, Peningkatan kemampuan aparat keamanan dalam mendeteksi jaringan terorisme serta melumpuhkan sel-sel teroris yang ada, memberikan hasil berupa ancaman teror yang semakin terkendali. Operasi kontra-teror seperti Operasi Tinombala yang dilakukan untuk menanggulangi kelompok terorisme di daerah Poso merupakan contoh konkrit dari kemampuan Indonesia dalam melakukan intervensi. Keberhasilan ini membuktikan bahwa upaya pencegahan dan penindakan yang dilakukan secara terstruktur telah berdampak pada rendahnya ancaman serangan teror.

Selain dari penindakan, program deradikalisasi dan rehabilitasi yang telah disusun memberikan dampak signifikan terhadap penurunan potensi ancaman terorisme. Melalui program tersebut, para individu yang terpapar ideologi radikal dibimbing untuk kembali ke jalan yang lebih damai. Program ini dijalankan semakin efektif dengan pendekatan yang lebih humanis dan berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan, sehingga dapat mengubah cara pandang individu terhadap ekstremisme. Keberhasilan ini terlihat pada banyaknya eks-teroris yang berhasil diselamatkan dan terintegrasi kembali ke dalam masyarakat. Mereka tidak hanya dibimbing untuk memperoleh keterampilan baru, tetapi juga diberdayakan untuk menjadi agen perdamaian di lingkungan masing-masing.

Indonesia juga mengandalkan partisipasi aktif dari masyarakat untuk mendukung upaya negara dalam menanggulangi terorisme. Melalui upaya-upaya yang memberdayakan masyarakat, negara berupaya mengedukasi masyarakat tentang pentingnya deteksi dinni terhadap potensi ancaman teror di lingkunga sekitar. Parsipasi masyarakat sangat penting untuk upaya mencegah dan mendeteksi dengan memberikan informasi yang berguna bagi aparat keamanan.

Meski pencapaian Indonesia dalam menanggulangi terorisme semakin baik, tetapi ancaman dan tantangan mengurangi potensi teror tidak hilang begitu saja. Saat ini, tantangan besar yang dihadapi adalah berkembangnya ancaman cyberterrorism yang semakin luas. Mereka memanfaatkan ruang siber untuk melakuakn berbagai macam kegiatan teror, seperti melakukan propaganda, perekrutan, pendanaan, penyembunyian hingga perencanaan aksi teror. Oleh karena itu, langkah preventif dalam menanggulangi terorisme di ruang siber perlu diperkuat agar tidak menimbulkan kekacuan di dunia nyata.

Predikat low impact dalam laporan WTI telah menunjukan bahwa langkah-langkah penanggulangan terorisme telah memberikan hasil yang nyata. Setiap pihak yang terlibat berkolaborasi untuk menciptakan stabilitas nasional yang aman. Akan tetapi, Indonesia harus terus beradaptasi dengan perkembangan ancaman terorisme agar terus menicptakan lingkungan masyarakat yang aman dan memperkuat ketahanan sosial di berbagai lapisan masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun