Mohon tunggu...
Ika Widyawati
Ika Widyawati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Waspadalah! "Hoax" Bertebaran di Dunia Maya

23 Maret 2017   11:04 Diperbarui: 23 Maret 2017   11:12 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hoax, ya kata yang satu ini sedang diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Bukan hanya di kalangan remaja dan dewasa saja tetapi juga sudah mulai bergelut dengan anak-anak. Memang tidak dipungkiri seiring perkembangan zaman peradaban manusia menjadi semakin canggih. Penyebaran informasipun dewasa ini tidak menjadi hal yang asing. Dan sudah menjadi hal yang lumrah jika siapapun dapat menyebarkan bahkan membuat informasi yang dianggapnya baik untuknya dan orang lain. 

Dapat dilihat dengan adanya media-media yang menyediakan berbagai berita dan informasi yang dapat diperoleh dengan mudah bahkan dengan sekali klik. Sehingga masyarakatpun dapat dengan leluasa mengakses informasi-informasi yang ada dan dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi-informasi tersebutpun memiliki tingkat keakuratan dan kevalidan  yang beragam. Ada yang memang berasal dari sumber yang akurat dan ada pula yang memang membuat informasi palsu untuk keuntungan pribadi.

Berdasarkan Data yang dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dilangsir dari laman (CNN Indonesia) CNN Indonesia terdapat hampir sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran kebencian (hate speech). Dan selama tahun 2016, terdapat 300 akun Media sosial telah dibelokir polisi. Cukup banyak bukan? Bayangkan! Sudah berapa banyak masyarakat Indonesia yang tertipu oleh berita dan informasi-inforamsi murahan tersebut? Sungguh sangat disayangkan!

Informasi-informasi palsu saat ini dengan mudah menjelajahi media-media yang ada khususnya media sosial seperti Facebook, Twiter, Instagram, Whatsapp, line dan lain sebagainya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Masyarakat Penelitian Indonesia (Mastel) yang termuat dalam laman resmi Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo ), media sosial menjadi sarana yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan berita hoax yakni 31,9%. Hal ini berarti hampir 1/3 penyebaran informasi palsu disumbangkan oleh media sosial khususnya Facebook dan Twiter.

Informasi atau isu-isu Hoax tersebut memiliki dampak yang cukup fatal. Selain merugikan orang-orang yang ada dalam isu Hoax tersebut, juga meracuni pikiran pembaca karena akan dengan mudah merubah persepsi pembaca terhadap sesuatu. Hal ini tentunya sangat berbahaya karena memang bila persepsi seseorang telah berbeda dari yang sebenarnya maka tidak akan ada lagi orang yang mempercayai kebenaran di dunia ini. Coba bayangkan jika isu-isu tersebut menyebar dan dipercayai oleh masyarakat luas. Pasti akan merugikan pihak-pihak yang terkait dan tidak menutup kemungkinan akan ada yang mendapat keuntungan dari hal tersebut. Segala propaganda yang dilakukan akan sukses dan pastinya akan menghancurkan negri ini secara perlahan.

Seperti yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat NTB, khususnya di  daerah Mataram tentang isu penculikan anak yang makin santer terdengar. Dalam waktu singkat, isu ini menjadi viral. Karena penyebarannya yang sangat cepat dan didukung dengan beberapa video yang dapat meyakinkan pembaca jika memang benar telah terjadi penculikan tersebut. Isu tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat mataram sehingga menyebabkan ketakutan dan keresahan khususnya para orang tua. Padahal berdasarkan berita yang dilangsir dari Kick News Today Kasat Reskrim Kota Mataram, AKP Kiki Firmansyah menegaskan bahwa isu tersebut tidak benar alias Hoax. Karena hingga jumat 17 maret 2017, pihaknya belum pernah mendapat laporan terkait penculikan anak di wilayah tugasnya. 

Dari hal tersebutlah membuktikan jika banyak informasi-informasi yang beredar tidak akurat dan valid. Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi masyarakat, khususnya para orang tua yang memang awam dalam hal elektronik. Pantas saja setelah beredarnya berita tersebut banyak orang-orang gila ataupun pengemis yang dicurigai sebagai penculik terbunuh percuma karena isu tersebut. Sangat miris, masyarakat seakan bertindak sewenang-wenang dan menganggap persepsinyalah yang paling benar. Hal ini tentu saja memberikan anggapan jika peran polisi untuk memberikan keamanan dan kenyamanan mayarakat menjadi gagal. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap orang baru menjadi semakin kacau dan yang paling parah masyarakat menjadi tidak percaya kepada penegak hukum khususnya Polisi.

Selain beberapa hal di atas, Dampak yang akan timbul jika isu-isu hoax berkembang dalam masyarakat yaitu timbulnya keresahan dalam masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap sesama akan berkurang begitupun dengan kepercayaan terhadap pemerintah dan hukum. Tentu saja jika hal itu terjadi maka sistem pemerintahan di dalam negri ini tidak akan berjalan sempurna. Semua warga akan beranggapan negatif tentang segala tindak tanduk pemerintah.

Memang tidak mudah mendeteksi informasi Hoax tersebut. Apalagi dengan semakin canggihnya peradaban dan peralatan elektronik manusia saat ini. Sebaiknya kita sebagai warga negara yang cerdas juga harus lebih bijaksana dalam menggunakan sosial media dengan membentengi diri dari sampah informasi tersebut seperti memperhatiikan segala informasi yang ada, perhatikan secara detail laman berita tersebut jika alamat URL yang aneh ataupun link yang “typo” besar kemungkinan kita harus waspada bisa jadi itu adalah informasi hoax. 

Selain itu juga perhatikan judulnya, apakah menjurus ke provkatif atau tidak. Hal itulah beberapa ciri dari penyebar informasi hoax. Selanjutnya ada baiknya jika kita menyaring dan menyerap informasi-informasi yang ada dengan lebih selektif. Memilih berita dan media yang memang terpercya dan resmi seperti lembaga penyiar berita konvensional ataupun media konvensional. oleh sebab itu, dengan melakukan hal-hal di atas setidaknya kita dapat membentengi diri dari hoax dan membantu pemerintah dan petugas keamanan memerangi hoax.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun