Mohon tunggu...
Ika Widyawati
Ika Widyawati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pendaki, Benar-benar Pencinta Alamkah?

10 Juli 2017   09:06 Diperbarui: 10 Juli 2017   10:54 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendaki, Benar-Benar Pencinta Alamkah?

Mendaki memang menjadi salah satu rutinitas  para pencinta alam. Mendaki dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah memanjat; menaiki (gunung, bukit, dsb). Mendaki gunung tengah menjadi trenddikalangan dewasa dan remaja saat ini.  Beberapa bulan terakhir media sosial khususnya Facebookdan Instagram telah dibanjiri dengan berbagai Posting-anberbau "Pendaki Gunung". Berbagai gunung dan bukit pun menjadi sasaran para pendaki kekinian untuk berjelajah menelusuri keindahan alamnya sekaligus mengabadikan serta mengekspos foto-foto luar biasa di Facebookdan Instagram.

Salah satu tujuan pendakian di wilayah Nusa Tenggara Barat adalah salah satu gunung tertinggi di Indonesia yaitu Gunung Rinjani. Gunung Rinjani  merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 m dpl serta terletak pada lintang 825' LS dan 11628' BT. Gunung Rinjani menawarkan keindahan alam berupa Pesona unggulan Taman Nasional Gunung Rinjani yang sangat prospektif adalah Danau Segara Anak, lokasi ini dapat ditempuh dari dua jalur resmi pendakian yaitu jalur pendakian Senaru dan jalur pendakian Sembalun, Keindahan alamnya sungguh luar biasa sehingga tidak jarang banyak turis local maupun mancanegara yang berkunjung dan mencoba menaklukan gunung tertinggi ke- 2 di Indonesia ini.

Namun, dibalik cerita luar biasa di atas, terselip sesuatu yang menyayat hati. Mengapa demikian? ya, seiring bertambahnya jumah pendaki, sampahpun semakin banyak dijumpai di berbagai tempat di sana. Berdasarkan laman yang di langsir oleh www.kompas.com jumlahnya kini hampir menyentuh angka 1,5 Ton. Sampah yang menumpuk di alam ini tentunya akan mengganggu kelestarian alam sekitar gunung. Sangat disayangkan. Jika tidak ditangani dengan segera, maka bukan tidak mungkin sampah yang ada akan semakin menumpuk dan akan memperburuk situasi khususnya diwilayah gunung. Terlebih dengan ekosistem yang adai di tempat tesebut. Padahal ciptaan tuhan yang satu ini adalah harus kita jaga dan lestarikan agar kelak generasi penerus kita dapat merasakan manfaat dan keindahan alamnya.

Mari bersama-sama saling mengingatkan kawan. Alam bukan untuk dirusak, alam adalah bagian dari hidup kita. Jangan hanya mengikuti Trendmasa kini tanpa mengetahui makna yang tersimpan dalam Trend tersebut. Pahami dan pikirkan sesuatu terlebih dahulu sebelum bertindak dan merugikan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun