Dewasa ini sering terdengar berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kendaraan, baik berupa pencurian kendaraan, pelanggaran lalu lintas, dan bahkan kecelakaan berkendara. Memang tidak dipungkiri seiring bertambahnya populasi manusia maka bertambah pula jumlah kendaraan di negri ini, seperti yang dilansir oleh http://otomotif.kompas.com menurut Kepala Korps Polisi Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol Agung Budi Maryoto data populasi kendaraan dari pendaftaran registrasi terhitung sampai juli 2016 yang ada di seluruh Nusantara mencapai 124.348.224 unit. Setiap tahun dikatakan pertumbuhan kendaraan mencapai 60 jt unit/tahun.
Jumlah yang fantastis, bagaimana tidak? hampir setiap keluarga memiliki kendaraan khususnya kendaraan roda dua (Motor). Bahkan tak jarang setiap keluarga memiliki jumlah kendaraan sesuai jumlah anggota keluarganya.Â
Berdasarkan hal tersebut tidak jarang banyak para orang tua memberikan kendaraan khususnya kendaraan bermotor kepada anaknya yang masih belum layak berkendara. Alasannya beragam, ada yang tidak sempat mengantar karena sibuk, ada pula yang diberikan kendaraan karena tuntutan sang anak. Sehingga tidak heran jika semakin hari jalanan semakin sesak dengan kendaraan dan polusi. Hal ini menyebabkan banyak yang tak tahan dengan sesaknya udara dan juga tak tahan menunggu lamanya kemacetan. Sehingga memberi peluang semakin banyaknya angka pelaggaran lalu lintas.
Banyaknya pelanggaran lalu lintas juga menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan lalu lintas. Pelanggaran lalu lintas rata-rata dilakukan oleh kalangan anak sekolahan. Pelanggaran yang dilakukanpun beragam seperti menerobos lampu lalu lintas, cenglu (bonceng tiga) dan sebagainya. Hal ini dikarenakan tingkat emosi anak muda masih labil dan cenderung mencari kesenangan. Berdasarkan data yang dilansir dari laman www.gaikindo.or.id sebanyak 57% atau sekitar 95 ribuan korban kecelakaan lalu-lintas adalah berpendidikan SLA/SMA. Sehingga dapat disimpulkan jika kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh kebanyakan kalangan anak sekolahan.
Bonceng Telu atau lebih dikenal dengan Cenglu memang telah lama dilakukan oleh kalangan muda, bahkan tak jarang pula dilakukan oleh kalangan dewasa. Berbagai argument dilontarkan untuk membenarkan perilaku dan membela diri. Ada yang beranggapan bahwa cenglu untuk mengurangi kemacetan, adapula yang menganggap sebagai bentuk loyalitas dalam pertemanan. Ya, begitulah persepsi seseorang. Padahal jika kita memikirkan dampak yang akan timbul pasti tidak akan ada yang melakukan hal tersebut. Banyak hal negative yang akan timbul seperti kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Karena dengan hal tersebutlah kita membuka peluang diri menuju jalan kematian.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku cenglu tersebut akan mendatangkan mudarat atau keburukan dalam diri pelaku. Tidak hanya itu saja orang lain pun dalam hal ini ikut terlibat dalam masalah yang dibuat. Oleh sebab itu, kita selaku warga negara yang cerdas, sebaiknya lebih bijak dalam berlalu lintas. Pola perilaku ini perlu kita lestarikan supaya  tercipta keamanan, kenyamanan dan ketertiban dalam berlalu lintas. Selain itu perlu diingat untuk para orang tua juga seharusnya memperhatikan perilaku anak dalam berkendara di jalan raya dan sebaiknya membatasi penggunaan kendaraan bermotor untuk anak-anak yang belum pantas untuk berkendara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H