[caption id="attachment_220294" align="aligncenter" width="300" caption="kebun sawit"][/caption] Pertanian merupakan salah satu sektor penting yang menghasilkan pangan sehingga peran ini tidak tergantikan oleh sektor lain. Tidak hanya pangan saja yang dihasilkan pertanian melainkan bahan baku industri yang memiliki banyak macam dan ragamnya, salah satunya adalah kelapa sawit. Kelapa sawit dapat diolah menjadi beraneka ragam produk yang dihasilkan, yaitu berupa minyak goreng, kosmetik, dan bahan bakar. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang berarti tanaman tahunan yang ditanam dalam skala luas dan hasilnya dipakai untuk bahan industri. Selain itu, tanaman perkebunan disebut juga dengan pertanian yang berkelanjutan yaitu mampu menyediakan bahan untuk saat ini dan untuk saat yang akan datang.
Kelapa sawit (Elaeis sp.) adalah sejenis palma yang didatangkan oleh kolonial Hindia belanda yang beberapa bijinya ditanam di kebun raya Bogor. Selain itu, ada yang ditanam di tepi-tepi jalan pulau Sumatra sebagai tanaman hias. Seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati yang secara bersamaan pada masa revolusi hijau abad ke-19 maka muncullah ide tanaman perkebunan kelapa sawit. Ciri-ciri tanaman kelapa sawit adalah buahnya kecil-kecil bergerombol dalam satu tandan berwarna kuning kemerahan, daun menyirip, akar serabut, dan penampilannya seperti pohon salak serta perkembangbiakan kelapa sawit dengan cara generative.
[caption id="attachment_220295" align="aligncenter" width="300" caption="kebun sawit baru"]
Perkembangan kelapa sawit sangat menggiurkan untuk saat ini karena kelapa sawit memberikan keuntungan besar bagi para pelaku usahanya dengan nilai ekspor yang tinggi. Pengusaha/pemilik modal berusaha membuka perkebunan kelapa sawit dimana-mana, seperti di Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan yang sangat gencar dan besar-besaran. Nilai ekspor yang dihasilkan sangat tinggi, membuat pemerintah pun tergiur akan pembagian keuntungan yang didapat dari kelapa sawit, sehingga banyak izin perusahaan perkebunan yang diloloskan tidak sesuai dengan prosedur yang baik. Kelapa Sawit hanya menguntungkan Para pelaku usahanya seperti Para Pemodal, investor, Para Pejabat, Petani yang mempunyai kebun kelapa sawit luas, Agen atau mereka yang dibayar secara khusus. Selain itu, perkebunan kelapa sawit memberikan lapangan kerja yang luas sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran (dalam hal pemerataan penduduk progam Transmigrasi) dan memberikan devisa untuk negara (ekspor).
Selain mempunyai nilai keuntungan finansial yang sangat besar, perkebunan kelapa sawit juga mempunyai dampak negatif bagi lingkungan alam sekitar. Bagi alam sekitar dampak yang timbul, meliputi deforestasi (penurunan secara kualitas dan kuantitas sejumlah areal hutan), hilangnya habitat dan spesies tertentu, dan peningkatan yang signifikan dalam gas rumah kaca (emisi) akibat melepasnya karbon yang berlebih dari tanaman kelapa sawit . Penurunan secara kualitas dapat ditinjau dari rusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan serta berkelanjutan. Sedangkan secara kuantitas berkurangnya hutan alam karena alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Karena berkurangnya hutan alam sehingga ekosistem keanekaragaman hayati juga terganggu.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut, yaitu mengurangi penggunaan bahan pestisida dalam memberantas gulma dan hama serta mengurangi pupuk kimia dengan diimbangi pupuk organik agar kesuburan tanah tetap terjaga. Dari pengalaman di daerah saya dulu, Riau banyak warganya yang kurang memperhatikan hal tersebut. Para petani sawit hanya memikirkan bagaimana pohon sawit bisa menghasilkan buah yang melimpah dengan menggunakan pupuk kimia seperti Urea, NPK, Kisrit dll. Begitu juga dalam membasmi gulma/ rumput para petani mengandalkan pestisida. Karena biayanya lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia untuk menyabit rumput, yang memerlukan waktu lama untuk selesainya dan rumput juga cepat tinggi lagi.
Selain itu dalam hal pembukaan lahan biasanya warga atau perusahaan menggunakan cara cepat, yaitu pembakaran lahan. Padahal di daerah Riau masih banyak lahan gambut, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan baru yaitu kebakaran lahan gambut yang semakin meluas dan menyebabkan kabut asap.
Untuk mengurangi alih fungsi lahan perlu mempertahankan hutan yang keanekaragaman hayatinya dilindungi seperti gajah Sumatra dan Orang Utan atau membuatpenangkaran hewan apabila hutan tersebut harus dialih fungsikan. Sehingga tidak terulang kejadian gajah masuk pemukiman seperti yang terjadi di daerah Mandau ini http://haluanmedia.com/riau/berita-daerah-riau/bengkalis/2012/10/12/kawanan-gajah-liar-kembali-masuki-kawasan-pemukiman.html Selain itu, untuk mengurangi emisi, perlu dilakukan peningkatan mutu dan hasil perkebunan kelapa sawit sehingga tidak perlu adanya perluasan lahan. Serta paling utama perlunya kesadaran semua pihak yang terkait sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem, demi kelangsungan hidup bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H