Judul artikel saya kali ini memang betul-betul saya alami dan mungkin juga dialami oleh sebagian kaum hawa yang sudah berumah-tangga dan tetap bekerja. Konflik peran ganda,,apa sih konflik peran ganda?? Berdasarkan riset yang telah saya lakukan tahun 2010 lalu bersama dengan rekan saya satu profesi yang berjudul "Konflik Peran, Stres Kerja dan Kinerja Perawat Wanita pada Rumah Sakit di Kota Serang", konflik peran adalah suatu kondisi kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan atas peran yang berbeda secara bersamaan. Sebagai contoh misalnya, seorang wanita yang bekerja dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas nya di kantor dan disisi lain secara kodrati wanita juga dituntut untuk mengurusi keperluan keluarganya termasuk suami dan anak-anaknya. Belum lagi jika profesi wanita tersebut berkaitan dengan kode etik tertentu yang sangat prinsipiil dan tidak boleh dilanggar tentu ini akan semakin memicu timbulnya konflik peran ganda.
Tuntutan bagi seorang wanita untuk bekerja pada dasarnya tidak hanya sebatas karena ingin memenuhi kebutuhan secara ekonomi saja. Tetapi lebih kepada keinginan untuk turut berpartisipasi dan mendapat apresiasi atas perjuangan serta prestasinya. Meskipun demikian, tidak dipungkiri bahwa peran utama seorang wanita yang sudah berkeluarga adalah mengurus rumahtangganya.
Konflik peran ganda ini akan semakin memuncak tatkala dialami oleh seorang wanita bekerja yang telah berkeluarga dan memiliki anak yang usianya muda (0 s/d 10 tahun) dibandingkan dengan seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak yang usianya tua (>10 tahun) dan seorang wanita berkeluarga yang belum memiliki anak. Konflik peran ganda yang berkepanjangan akan memicu timbulnya stres, yang pada akhirnya akan mengganggu kinerja baik kinerja sebagai pegawai maupun kinerja sebagai ibu rumah tangga.
Disinilah pentingnya kesadaran diri bagi seorang wanita untuk memahami konsekuensi atas pilihannya untuk tetap bekerja. Ketika kita (wanita) tetap memilih mengurus rumah tangga dan sekaligus bekerja maka hal pertama yang harus dipegang adalah izin dari orang-orang terdekat kita. Orang-orang terdekat yang utama adalah suami, jika suami mengizinkan artinya suami pun harus menerima konsekuensi bahwa istrinya tidak akan sepenuhnya berada dirumah. Meskipun hanya berupa izin, namun izin dari orang terdekat mampu memberikan dukungan psikologis yang menambah keyakinan bahwa istri (wanita) mampu untuk melaksanakan kewajibannya baik di kantor maupun dirumah. Setelah izin diperoleh maka hal pendukung berikutnya adalah kemampuan untuk menyeimbangkan kewajiban atas peran-peran yang diembannya. Tanpa adanya keseimbangan, akan sulit bagi wanita untuk memenuhi kedua perannya dengan baik. perlu dicatat bahwa dalam hal ini wanita juga harus bersikap profesional artinya ketika berada dalam lingkungan pekerjaan sebisa mungkin fokus pada pekerjaan dan ketika berada dirumah fokus pada urusan rumah. Dalam hal ini manajemen waktu sangatlah diperlukan. Bekerja dikantor sesuai porsi waktunya, dan sisanya adalah sepenuhnya milik keluarga. Dan ingat bahwa ada hal-hal yang memang prioritas yaitu sejatinya wanita adalah seorang istri dan seorang ibu. Dan yang terakhir yang tidak kalah penting adalah mawas diri,ketika kita merasa tidak mampu lagi untuk menjalankan seluruh peran seorang diri maka kita (wanita) harus bersikap bijaksana. Wanita menentukan pilihan apakah akan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya ataukah merelakan sebagian kewajiban kita kepada Asisten Rumah Tangga. Tidak dipungkiri bahwa kehadiran asisten rumah tangga sangat membantu peran wanita bekerja sekaligus berkeluarga. Tapi ingat ladies, asisten rumah tangga hanya membantu pekerjaan tertentu disaat kita kesulitan untuk mengerjakannya. Jadi jangan menumpahkan semua pekerjaan rumah tangga pada asisten rumah tangga, karena secara kondrati itu adalah tugas kita.
Well ladies, sudah siapkah Anda dengan konsekuensi menjalankan peran ganda ? ataukah Anda lebih memilih untuk menjadi full time mother? It's your choice. Semoga berhasil.
Tulisan ini didekasikan untuk suamiku yang dengan bijaksananya tetap mendukungku untuk berkarir dan selalu mengingatkanku akan kewajibanku sebagai istri dan ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H