"Kamu masih mendengarkan lagu-lagu seperti ini?" Â Arai memainkan jemarinya di atas layar gawai milik Shira yang baru saja ia ambil paksa dari genggaman wanita yang tengah duduk santai di sisinya.
Shira menatap Arai sekilas, lalu menaikan alisnya.
"Kalau aku sih enggak. Aku sudah terlalu tua untuk mendengarkan musik-musik seperti itu." Arai meletakan benda berlayar 7 inchi itu di atas pangkuan wanita yang tampak kasual dengan jeans dan T-shirt hitamnya.Â
Mendadak Shira tertarik untuk mendengarkan Arai berbicara. Ia pun melepas earphone yang menyumpal telinganya.
"Terlalu tua?"
"Iya, aku malu dengan istri dan anak-anak ku."
"Malu? Sejak kapan mendengarkan musik itu menjadi hal yang memalukan?"
"Ya, coba kamu bayangkan, apa yang akan dikatakan anak-anakku bila aku masih mendengarkan Metallica, Skidrow, Panthera, Judas Priest, AC/DC, Manowar atau lagu-lagu yang ada di playlist kamu itu?"
"Memangnya ada apa dengan lagu-lagu ini?" Shira mengacungkan gawainya acuh.
"Menurut istriku musik metal, hardcore, grindcore, hardrock, dan kawan-kawannya itu adalah musik dari neraka." Arai tersenyum samar.
"Istri kamu pulang melancong dari neraka ya, bertemu Hades?" Shira mengulum senyum.