Buku itu tergeletak diantara buku buku klasik lainnya. Rangkaian huruf haiku's script bertinta silver membentuk kata song book tercetak indah di covernya yang berwarna sephia. Billy menyelipkan rambut gondrong nya yang menjuntai di pipi ke telinganya. Matanya terpaku pada buku bercover tebal itu. Billy menyukai toko buku ini dimana ia sering mendapatkan banyak buku yang memberinya inspirasi. Sebagai seorang frontman dari sebuah band yang didirikannya, ia harus memiliki banyak referensi demi lagu lagu yang di tulisnya. Hari ini adalah hari tersuntuk baginya, betapa tidak, tengat waktu pembuatan album barunya tinggal satu bulan lagi sedangkan ia dan teman teman band nya belum berbuat apapun. Pihak label telah berteriak nyaring memperingkatkannya. Alih alih bergerak cepat, Billy justru diam di tempat. Ia tengah di landa writer's block, dan hal itu membuatnya merana. Sementara itu pertengkaran demi pertengkaran dengan anggota band lainnya semakin menjadi yang di sebabkan perbedaan pendapat dari penentuan waktu latihan, isi album, genre, sampai tuduhan egois yang di layangkan kepada Billy. Dan hal itu membuat Billy semakin suntuk saja.
Setiap hari Billy membiarkan dirinya terpaku di depan layar komputer, berselancar kesana kemari, memantengi you tube dan berkunjung ke situs situs band terkenal demi mendapatkan inspirasi. Namun semua usahanya kandas, otaknya seakan kosong tak ingin di isi apa apa.
Demi menyegarkan kembali pikirannya, ia memutuskan untuk berjalan jalan ke taman kota. Namun tanpa di nyana kaki nya malah mengajak nya melangkah ke toko buku ini.
"Bagaimana nasib album baru kalian?" Kasir merangkap pemilik toko buku bernama Yelena itu bertanya, senyumnya mengembang.
"Buntu. Lack of inspiration." jawab Billy lemah.
"Semangat dong, mudah mudahan buku ini bisa memberi kamu inspirasi dan album kalian selesai pada waktu nya. Aku sudah tak sabar mendengarkan sesuatu yang baru dari kalian."
"Makasih ya Ye, semoga saja." Billy tersenyum.
"Eh Bil, tunggu,”
Billy menghentikan langkahnya seketika.
“Buku itu satu paket dengan pena ini." Yelena mengacungkan sebuah pena klasik.
Billy mengeryit. "O ya? Buat apa?"