Pada suatu hari, seorang teman yang telah di diagnosa menderita miopi pernah bertanya kepada saya, sebelum dia memutuskan untuk memakai alat bantu penglihatan yang cocok.
“ribet gak sih pake softlens?“
Sebagai pengguna sof lens yang sedang menikmati manfaatnya di tahun ke 14 ini, saya menjawab dengan pasti *supaya gak mati gaya juga sih hehe.
“nggak ah, biasa aja“
Lalu meluncurlah kata demi kata tentang pengalaman menarik saya menggunakan alat bantu mata miop yang berbahan Florosilicone-acrylate atau FSA itu.
Beberapa hari kemudian, teman saya itu muncul dengan sebentuk kacamata indah yang membingkai matanya.
Softlens adalah lensa kontak generasi kedua setelah hardlens. Sesuai dengan namanya softlens lebih lembut dan fleksible dibanding hardlens. Ide tentang lensa kontak ini sebenarnya sudah dituangkan Leonardo da Vinci dalam essainya yang berjudul Codex of the eye : manual D, tapi baru beberapa ratus tahun kemudian, apa yang di tuliskan Da Vinci itu dapat terwujud.
Memakai softlens itu ada enaknya ada juga tidak enaknya.
Enaknya adalah :
*Tidak takut lensanya pecah, tergores atau rusak framenya kalo kita petakilan dalam gaya apapun.
*Tidak usah mengelap lensa yang berembun bila sedang makan mie instan panas panas dan dekat dekat. (sayaa ajaa kaliii yaaa haha)
*Tidak ada acara di miscall karena lupa menyimpan hehe.
Tidak enaknya adalah :
* Tidak boleh mengucek mata secara berlebihan, karena bisa mengakibatkan :
~ softlens hilang entah kemana. Saya pernah mengucek mata di atas motor yang sedang berlari kencang dan membuat softlens sebelah kiri saya copot lalu hilang di bawa angin.
~ softlens melipat dan bergeser letaknya, biasanya masuk ke dalam kelopak mata atas, ini ngambilnya lumayan susah, kadang harus minta bantuan orang lain.
~ softlens sobek atau menjadi cacat, saya pernah memakai soft lens yang sedikit sobek pinggirnya karena belum sempat membeli yang baru dan rasa nya sangat mengganggu.
~ bulu mata masuk dan rasanya sangat tidak nyaman, terkadang sampai bercucuran air mata bagaikan sedang menonton filmnya Paul Walker “Eight Below“ di scene Max sedang menunggu Maya yang terluka.