Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lingkaran Lima #12: Alas Kaki Bikin 'Kheki'

3 Agustus 2016   16:20 Diperbarui: 31 Agustus 2016   17:18 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : tokopedia/denishop22

Hari ini adalah hari terburuk dalam hidup gue setingkat di bawah ngantri daftar UMPTN, nimbang badan atau di suntik cacar. Betapa tidak, hari ini adalah hari dimana gue di usir dari kelas oleh pak Baban, dosen terkul di jurusan karena gue kuliah pakai alas kaki yang salah.

Gue ngerti gue salah, ditambah bego juga sih, sedikit. Jangan banyak banyak nanti over dosis bisa gawat, masuk rumah sakit apalagi kalo terjun bebas ke liang lahat. Oh jangan dulu, masih banyak urusan yang belum selesai, kalo kata ketua mafia Itali, The Unfinished Business.

Nasib sial gue itu terjadi karena gue terlalu nafsu buat ngikutin tren. Ya namanya juga anak muda yang sedang mencari jati diri. Segala hal bawaannya ingin di coba, termasuk masalah alas kaki.

Gue sebenernya bingung sama alas kaki yang gue beli itu. Kalo ibarat arus listrik, dia ini AC/DC. Kalo hewan, dia ini hermaprodit kayak cacing sama lintah. Dan kalo ibarat manusia, alas kaki gue ini bisa di masukin ke golongan wanita cantik berjakun. Ya, begitulah sifat alas kaki gue itu, seteng seteng, abu abu, agen ganda CIA dan KGB. Dia ini di bilang sandal tapi tertutup depannya, di bilang sepatu terbuka belakangnya, jadi kan bikin gue galau. Tapi itulah tren, memang selalu bikin gak enak tidur gak enak makan.

Di tengah kegalauan gue akan klasifikasi alas kaki itu, ternyata gue mendapati bahwa sneakers gue belum kering habis di cuci. Akhirnya dengan kepercayaan diri setinggi tiang sutet, gue pake aja alas kaki gue yang ciamik itu. Gue sih tenang tenang aja, soalnya jeans gue yang baik hati dan tidak sombong itu bisa menutupi kekurangan si alas kaki. Ibaratnya suami Istri, mereka bisa saling menutupi aib. Jeans menutupi ruang terbuka di bagian belakang kaki, alas kaki yang warna nya masih kinclong jadi pengalih perhatian jeans gue yang kucel belum di cuci selama satu purnama berjalan. Ah, mereka memang jodoh. Gue terbuai dengan kecocokan mereka.

***

Ngomongin alas kaki, gue jadi inget sama macam sepatu yang suka di pake temen temen gue ngampus. Berhubung gue orang nya suka iseng bengong sambil merhatiin orang, jadi secara gak sengaja gue sering merhatiin penampilan temen temen gue yang lalu lalang di hidung gue ini. Bukan buat di komentari kayak kerjaan komentator sepakbola legendaris Bung Sambas, cuma buat referensi aja, barangkali suatu saat gue bisa jadi designer alas kaki ala Yongki Komaladi.

Sneakers adalah sepatu yang ngetren buat kalangan anak muda dan paling dominan sliweran di depan mata. Mengapa? Karena sneakers selain enak di pake gampang pula di ajak kerjasama bilateral. Sepatu ini bisa dipake alas duduk, ngelempar temen sampai binatang yang jail suka gangguin kententraman hidup, media marah marah kalo susah ngelampiasin ke orangnya, sampe bisa di ajak lari kenceng waktu datang kuliah kesiangan. Maklum kampus gue gak mentolerir mahasiswa yang kesiangan, ada sanksi tersendirI buat itu. Tapi gak semua anak muda suka sneakers, ada juga yang suka pake sepatu pantofel. Baik cewek maupun cowoknya. Enaknya pake pantofel adalah kita gak usah ribet dengan tali temali kalo masuk lab komputer yang syaratnya harus bertelanjang kaki.

Ratna adalah pemakai sepatu multigenre, maklum dia kan memang seorang fashionista. Di kamarnya banyak berderet berbagai macam alas kaki, udah kayak Imelda Marcos aja. Semua model ada, toko sepatu di Cibaduyut kalah saing deh pokoknya. Akan hal nya Susan, dia hobi pake sepatu sandal. Katanya, sepatu sandal itu adalah upayanya untuk menjauhkan kaki dari bebauan tak sedap ala kaki Keni yang bau nya ngalah ngalahin minyak nyongnyong kadaluarsa.

***

Kembali ke peristiwa deportasi gue dari kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun