Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lingkaran Lima #11 : Salah Jurusan

23 Juni 2016   21:33 Diperbarui: 3 Agustus 2016   16:20 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : id.techinasia.com

Nasib orang yang salah jurusan itu sangat mengenaskan. Bengang bengong, celingak celinguk gak keruan. Masih mendinglah salah jurusan naik angkot atau bis, yang mana bisa di selesaikan tanpa harus menunggu waktu lama. Kalo salah jurusan kuliah? Itu makan waktu bertahun tahun untuk menerimanya, apalagi kalo jurusan yang diimpikan gak bisa di masuki alias UMPTN gagal lagi gagal lagi. Bila pun akhirnya diterima, yang harusnya ngospek, malah jadi yang di ospek. Dunia terbolak balik karena salah jurusan.

Gue adalah salah satu mahasiswa pengidap sindrom salah jurusan, tersesat sih enggak, karena ilmu yang gue pelajari bukan ilmu sesat. Tapi karena salah jurusan inilah gue akhirnya bertemu dengan teman teman yang kayaknya gak bakalan gue temuin di jurusan manapun, apalagi jurusan Citaliktik - Arab Saudi.

Karena ini semua salah gue bukan salah pak RT, maka gue harus menjalani nya dengan lapang dada. Setiap hari gue bawaannya males malesan, karena gue musti bangun pada saat ayam jantan masih selimutan, menembus kabut yang masih pekat, nongkrong di terminal, main seruduk masuk bis demi bangku yang berada di dekat pintu belakang. Hmm, bangku dekat pintu belakang yang penuh memori. Gak cuma daun pisang aja yang boleh punya memori, tapi bangku dekat pintu belakang juga. Aih, muka gue merah kayak warna kaos partai yang gampang melar.

Bangku itu adalah bangku keramat, gak ada yang boleh menempati selain gue sama kecengan gue. Jadi setiap ada orang yang mau menginvasi bangku itu sebelum kecengan gue dateng, gue halau duluan dengan jurus Kagemane no Jutsu. Cukup lah pake jurus itu, gak usah pake chidori atau rasengan, bahaya, nanti yang ada gue di marahin sama Kakashi.

Salah satu simptom salah jurusan adalah muka datar. Dan you know what mungkin salah jurusan dialami juga sama temen temen gue karena hampir semua mukanya datar waktu sedang ada kuliah. Tapi gak mungkin juga cengar cengir sih ya, ini mau kuliah apa nonton stand up comedy. Ah ya lupakan saja.

Ada satu hal yang paling ngegemesin dari kelas gue. Setiap masuk kelas semua orang rebutan kursi. Udah kayak pertarungan balon anggota DPR aja. Tak jarang ada yang gontok gontokan, lempar lemparan tas sampai lempar lemparan bakiak, tomat, cabe, terasi, sambel, telur busuk dan berbagai macam bahan pangan kadaluarsa yang lolos sidak BPOM. Inginnya sih lapor ke YLKI tapi apa daya gak ada kantor perwakilannya di kampus. Gak cuma di gedung bioskop kursi bagian belakang jadi favorit, di kelas gue juga begitu. Whiteboard seakan layar lebar yang menampilkan Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet saling berpegangan tangan sesaat sebelum Leo tenggelam. Gue nangis bombay, bukan karena scene film Titanic tadi tapi karena melihat tulisan pak Djody yang gak jelas akar pangkat nya. Tapi ngapain juga ada akar pangkat di mata kuliah akuntansi.

Simptom salah jurusan yang lain adalah perasaan mengantuk yang berlebihan kayak orang cacingan. Gue ngantuk gak ngantuk tetep aja keliatan ngantuk, ya mungkin gue cacingan. Maklum, belum sempet minum obat cacing, di posyandu gak ada , adanya vitamin A itu pun buat balita.

***

Suatu hari gue sempet shock karena dua tuduhan yang di lemparkan oleh salah satu dosen gue pas beliau sedang ngajar. Pertama, gue tidur. Kedua, gue cowok. Tidur? Ya okelah gue di sangka tidur karena sepanjang bu dosen cuap cuap di depan, gue gak merhatiin wajah beliau. Ngapain juga merhatiin wajahnya. Alih alih gue ngerti materi kuliahnya malah jadi mengagumi alis nya yang mirip konstruksi jembatan Golden Gate di San Fransisco sana. Kalo di sangka cowok, ya Mungkin juga karena rambut gue pendek, baju, kulit, bibir item semua, diamini dengan wajah kusam tanpa di lapisi pelembab, foundation, alas bedak, bedak tabur, bedak padat, shimmering sampe blush on. Oke gue terima.

Rupanya Bu Dosen penasaran sama hipotesa yang ada di kepalanya. Saat itu gue yang lagi mengagumi jeans dengan lubang menganga di lututnya si Anton di teriaki bagai maling kesiangan sama bu Mel, dosen gue itu. Padahal dalam hati, gue lagi sibuk ngomong sendiri.

Setdah, tu si Anton gak pernah di cekal walau pake celana jeans sobek sana sini, sedangkan gue pake sendal merah doang langsung kena cekal, padahal asli gue bukan simpatisan partai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun