Hati ke empat pemuda yang belum saling kenal  itu ketar ketir karena hari ini adalah saatnya Ospek Gabungan. Mereka berempat yang duduk di bangku bis yang sama telah di terima di perguruan tinggi yang sama pula. Nasib, takdir atau mestakung. Yang pasti semua itu adalah rahasia Tuhan. Off the record. Kedepannya di ketahui bahwa Ujang dan Leo berada di jurusan yang sama. Sedangkan Levi dan Xana berada di jurusan yang lain nya yang mana tidak sama satu sama lain karena mereka sama sama tidak ada minat berada di jurusan yang sama begitulah kira kira agar sama sama dimengerti.
Kemarin Ujang mendengarkan dongeng Ambu tentang ospek yang beliau jalani dahulu. Cerita horor yang membuat Ujang tak bisa minum cendol dengan bahagia.Â
***
Ujang terlihat gelisah, bolak balik ia melihat jam tangan  digitalnya. Sementara Leo yang secara tak terduga duduk di sampingnya telah tertidur pulas dengan kepala terkulai di bahunya ... lagi. Mendadak Ujang jadi teringat kepada penyanyi kesukaan Ambu nya, Tommy Page dengan lagunya yang berjudul a shoulder to sleep on eh cry on.
Ini orang hobi banget sih tidur di kendaraan umum. Ujang menggerutu dalam hati nya yang seluas samudra, tak selebar daun kelor.
Lain hal nya dengan Leo. Yang ada dalam kamus hidup Leo hanyalah dua hal. Menciptakan sesuatu dan tidur. Ketika menciptakan sesuatu ia ketiduran, dan ketika tidur ia menciptakan sesuatu berupa jajaran pulau yang sambung menyambung menjadi satu. Rupanya Ujang cukup waspada, ketika kepala Leo mulai merunduk bagai padi siap panen ke bahunya, ia dengan sigap mengalasi bahu nya dengan kertas yang ia sobek dari buku tulis nya. Ia tak ingin kemeja teteron putih polos nya tiba tiba berubah bentuk menjadi bermotif. Aib.
Akhirnya mereka berempat sampai juga ke tujuan. Gerbang kampus terlihat angkuh menyambut mereka yang tak lama lagi akan mendapatkan berondongan hukuman bak peluru dari Remington yang dimuntahkan Lake, anak buah Bruce Willis. Â Ujang merinding, Levi tersenyum, Xana girang dan Leo menguap lebar.
***
Melihat ratusan teman barunya yang telah berbaris rapi di lapangan membuat Ujang tertunduk lesu, antara tak bersemangat dan gemetar karena takut kena hukuman, komplikasi akut. Berbeda dengan Levi yang langsung memainkan jemarinya, berhitung dengan metode jarimatika. Jeans, T shirt, sweater, jacket, topi, sneakers, dan banyak barang niaga lain mulai memenuhi otaknya.
"Wow, pasar yang sangat keren." Levi kegirangan.
Sementara Xana, mulai melakukan pemanasan yang tak perlu. Xana memang atlet yang penuh dedikasi dalam setiap kesempatan dan peristiwa. Hanya Leo yang tak melakukan dan merasakan apa apa. Santai dan hambar, bagai sayur tanpa garam yang di letakkan di tepian pantai.