Â
Sedang merasa sedih, karena melihat tanggal kadaluarsa yang telah lewat dari sekumpulan butir butir padat bedak yang berjudul Bronzing Pearls yang jarang di pakai. Yak, betul om James, it‘s “sad but true“ yeeeaaah.
Tapi, lebih baik lupakan kesedihan songsong keriangan, karena masih ada bedak bedak yang lain yang masih bersedia menempel di wajah abstrak nan buram ini.
Bedak, bagi saya pribadi mempunyai fungsi sebagai pemoles wajah agar terlihat sudah mandi, secara saya adalah penganut aliran wajah gak pernah mandi. Selain itu, bedak dapat menyamarkan bintik bintik hitam dan kerut kerut tanda penuaan dini yang  dengan tidak sopannya nangkring di wajah, memperhalus tekstur wajah karena munculnya lubang bak kawah Domas bekas jerawat yang baru saja bererupsi, dan mensupport kulit wajah dalam hal peperangannya dengan sinar mentari nan ganass.
Bedak ini sebenarnya sudah laaaamaaaa sekali ditemukan, apakah sejak Nabi Nuh sedang berlayar? Ah gak tahu juga sih, yang saya tahu, orang yang mempopulerkan pemakaian bedak jaman dahulu kala adalah siapa lagi kalo bukan sang ratu semlohay dari Mesir, Cleopatra. Ratu yang sangat cantik dan dikagumi oleh om Julius Caesar.
Cleo, begitu panggilannya (mungkin), ini suka sekali membuat ramuan ramuan kecantikan. Selain peramu parfum handal, ratu satu ini pun meramu bedak untuk mempercantik dirinya yang memang sudah cantik. Banyak bahan bahan eksotis yang Ratu Cleo pakai untuk ramuan bedaknya. Yang paling dahsyat adalah bedak yang berbahan dasar dari kotoran buaya yang dihaluskan.
Di Mesir, bahan bedak yang umum digunakan adalah tepung tepungan, susu, kapur yang dicampur tanah liat, dan bahan mineral yang sekarang ini paling dihindari yaitu merkuri. Sedangkan di negara negara Timur Jauh seperti China dan Jepang, bahan yang kerap di gunakan adalah tepung beras. Â Nah, si bedak tepung beras ini sempat membuat morat marit persediaan beras pada abad ke 15. Ya begitulah, wajah dan perut selalu membuat dilema.
Di Eropa, bedak dari tepung terigu lah yang merajalela. Mayoritas kaum hawa disana berlomba lomba membedaki wajahnya tebal tebal demi kecantikan. Â Tapi pamor bedak sempat meredup di akhir abad ke 18 karena ada larangan dari penguasa Perancis disusul dengan negara Eropa lainnya dalam rangka menghemat tepung terigu dan tepung beras. selain itu ada pula larangan dari Ratu Victoria yang menyebutkan bahwa pemakaian bedak dianggap sesuatu yang vulgar.
Dan setelah jatuh bangun, akhirnya bedak pun mengalami kejayaannya kembali pada abad ke 20. Cikal bakal bedak yang dipakai sekarang ini, diciptakan di Perancis dengan bahan dasar talk, tanpa timah.
Di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat, bedak yang pernah begitu terkenal adalah bedak dengan merk Saripohatji buatan ibu Marijah. Bedak dengan bahan dasar tepung beras itu dibubuhi berpuluh bahan herbal yang sangat bermanfaat untuk kulit wajah.
Sekarang ini, bedak ada macam macamnya, sesuai dengan kebutuhan kulit dan fungsinya, diantaranya adalah :