Loyalitas Jokic terhadap Nike tidak usah dipertanyakan lagi. Di awal kariernya di NBA, Jokic menggunakan sepatu Nike Zoom LeBron Soldier 9 dan Hyperdunk sebelum dihentikan produksinya pada tahun 2019 silam.
Jokic memang memiliki sepatu edisi pemain dengan logo dan lambang yang merepresentasikan dirinya namun sepatu edisi pemain berbeda dengan signature shoe.
Signature shoes tak hanya berdiri sebagai simbol status namun merupakan sumber pendapatan tetap yang dapat dinikmati pemain bahkan setelah memasuki masa pensiun nanti.
Contoh line signature shoe yang sangat terkenal adalah Air Jordan. Sepatu ini sangat laris di pasaran. Michael Jordan telah menghasilkan lebih dari $1 milyar dari penjualan sepatu tersebut sejak Air Jordan diluncurkan pada tahun 1984 silam.
Lalu mengapa sampai detik ini sahabat dari Luka Doncic itu tak jua meneken kontrak yang berhubungan dengan sepatu khas dambaan para bintang top NBA tersebut?
Salah satu alasannya mungkin terletak di badan besarnya. Ya, secara historis lebih sulit mendapatkan signature shoe bila pebasket bersangkutan berbadan besar dan Nike, merek yang mensponsorinya mungkin merasa ragu untuk menawarkan kesepakatan tersebut.
Salah satu atlet bertubuh besar yang berhasil memiliki signature shoe adalah Shaquille O'Neal di bawah merek Reebok dan diberi nama "The Attaq."
Tim Duncan, Kevin,Garnett, dan Dwight Howard yang masing-masing bertinggi 2,11 cm memiliki signature shoes dari merek Adidas namun gagal menampilkan sesuatu yang khas dan malah terjebak dengan Player Edition model Adidas yang sama.
Nike sepertinya melihat kesulitan pemasaran produknya bila bersangkutan dengan atlet-atlet berbadan besar terlebih yang berasal dari benua Eropa.