Mendiang simbah adalah orang terakhir dalam lingkaran keluarga yang memakai kebaya dalam kesehariaannya.
Ya, simbah memadukan kebayanya dengan kain batik panjang yang kerap disebut jarik, samping, atau sinjang.
Kebaya yang dipakai simbah modelnya sama semua yaitu kutu baru. Â Hanya motif dan warna yang berbeda.
Simbah menjahit semua kebayanya sendiri dengan tangan. Â Sebelum menjahit, simbah memotong bahannya sesuai pola. Â Polanya dibuatkan oleh salah seorang keponakan yang terampil menjahit. Â Lembaran pola ini terbuat dari kertas payung coklat.
Setelah bahan berbentuk pola, maka simbah pun menjahitnya. Â Pertama dengan jahitan jelujur, setelah semua terjahit dan membentuk sebuah kebaya baru dijahit dengan jahitan tikam jejak.
Setiap kali menjahit kebayanya, simbah selalu ditemani lagu-lagu keroncong yang keluar dari mini componya.
Ada dua jenis kebaya yang kerap simbah buat, yaitu kutu baru yang memakai bef berupa tambahan kain yang menghubungkan sisi kanan dan kiri kebaya dan yang tidak memakai bef.
Akan halnya kancing kebaya yang digunakan biasanya adalah kancing cetet/jepret.
Bila pergi ke acara pernikahan atau undangan-undangan lainnya, simbah selalu memadukan kebaya kutu barunya dengan stagen, kain jarik wironan (diwiru/dilipit), selendang, selop, dan tas tangan. Penampilan simbah pun disempurnakan dengan sanggul dan tusuk konde atau bahasa simbahnya, cunduk mentul.