Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Bernostalgia dengan Bus DAMRI Bandung yang Kini Tengah Berhenti Beroperasi

31 Oktober 2021   07:40 Diperbarui: 1 November 2021   13:45 4493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus Mercedes Benz Vario lawas yang dimiliki Perum DAMRI. Foto: Kompas.com/Alsadad Rudi 

Bus Damri Jadul|Sumber : cakrawartapost.blogspot.com
Bus Damri Jadul|Sumber : cakrawartapost.blogspot.com

Nah, kalau penumpangnya sudah seperti ikan pindang begitu, pas mau turun jadi agak susah.  Musti punya kekuatan sekelas Samson untuk menyibakkan para penumpang yang memenuhi lorong bus. Nyebelinnya kaki kiri belum sempat menginjak tanah, Pak Sopir sudah memutar kemudi, yang seperti ini sudah pasti membutuhkan keahlian turun bus yang mumpuni.

Saat kuliah, saya masih naik bus Damri dong.  Keadaan fisik bus kota ini sudah mulai mengkhawatirkan.  Jendela gesernya kadang macet, jadi gak bisa menikmati angin sepoy-sepoy.  Saat hujan lebat atapnya bocor, mau pakai payung takut dicemberutin Pak Kondektur.  Lagian ini bus bukan pinggiran air terjun, hih.

Salah satu hal yang emejing adalah kursi yang diperuntukkan bagi 3 penumpang dipotong secara sadar dan terencana, entah ini idenya siapa, lha wong belum terpecahkan hingga kini.  Ya mosok musti manggil Tuan Hercule Poirot dan Kapten Hastings.

Nah, satu kursi yang malang ini dipotong pinggirnya setengah lalu disambung kembali demi memperlebar lorong, tujuannya agar dapat lebih banyak mengangkut penumpang versi berdiri. Percayalah, duduk manis di kursi yang tinggal tiga perempat bagian itu merupakan bonus siksaan yang mengiringi kerasnya fiber dan sempitnya jarak antar kursi yang membuat dengkul tersakiti.

Kursi bus Damri juga sebelas-duabelas dengan kamar mandi sekolah karena berisi banyak coretan wabilkhusus pakai tip-ex.  Seperti halnya diari, coretannya berisi curahan hati sampai gambar-gambar yang njijiki.  

Permen karet bekas kunyah pun ikut meramaikan suasana semrawut bus Damri.  Heran aja, kenapa sih pada hobi nempelin permen karet bekas di bawah atau belakang kursi kenapa gak nempelin duit atau batu akik gitu, kan bermanfaat, beibi.

Kursi atau bangku bus itu adalah sesuatu yang sangat berharga oleh karena itu perlu diperjuangkan sampai tetes iler terakhir. Tak jarang sebagai penumpang yang minumannya tolak angin harus memiliki strategi untuk mendapatkan sebuah kursi.  

Kebetulan adakalanya teman naik bus saya adalah cowok jadi saya mengandalkan dia untuk proses rebutan di terminal.  Ya, saya dan dia kerap bela-belain naik angkot setitik ke terminal demi mendapatkan kursi. Namun, mau di terminal atau di halte tetap saja harus melalui proses desak-desakan.

Teman saya itulah yang berjibaku saat rebutan memasuki bus dan ketika sampai di ambang pintu ia pun menarik tangan saya dengan sekuat tenaga sampai calon penumpang lain terpaksa minggir.  

Tak jarang dia naik duluan, duduk di kursi lalu saya lempar tas lewat jendela untuk menandai kursi di sebelahnya supaya tak ada penumpang yang duduk di sana.  Maklum lah ya teman saya ini tinggalnya di asrama dan naik bis hanya karena akan main ke rumah temannya, jadi gak bawa tas sama sekali sehingga harus memakai tas saya hasil lemparan dua angka. Eh, malah dibahas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun