Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Mari Bernostalgia dengan Beberapa Lagu Keroncong Favorit Tempo Dulu

4 Juli 2021   15:48 Diperbarui: 4 Juli 2021   15:50 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidak suka- tidak sukanya orang akan sesuatu kalau tiap hari dibombardir dengan hal itu pasti lama-lama ada aja yang nyangkut di kepala. Kalau dalam bahasa Sundanya mah, cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok, tak iyeuuuhh, laaaaah jadi Madura, heuheu.

Dulu zaman masih belia, saat ego masih ada di puncak kejayaan, telinga saya kerap dibombardir oleh lagu-lagu kesukaan simbah yang bergenre keroncong pidihil sebagai anak mudo, saat itu males banget buat mendengarkan musik "orang tua" tersebut.

Ya, keroncong itu kan identik dengan orang tua karena musiknya yang membuai, selow, dan mendayu merdu. Nah, simbah biasanya mendengarkan lagu-lagu itu dari kaset yang disetel di compo bertajuk Asapoliteron nya.  Kasetnya cuma beberapa biji sih, tapi hebatnya walaupun diputer bolak-balik, sang pita kaset gak pernah kusyut.  

Bagi simbah mendengarkan lagu-lagu keroncong sudah merupakan rutinitas tersendiri. Tak hanya mendengarkan namun beliau pun kerap ikut berdendang.  Biasanya aktivitas mendengarkan musik keroncong ini disambi dengan membuat sesuatu, entah membuat makanan atau pun menjahit kebaya kutu baru.

Dulu saya tahunya penyanyi keroncong itu mas, mbak, pakde, bude,  dengan tampilan, nama, dan wajah jawa, maka dalam pikiran saya sudah terpatri bahwa keroncong itu ya musik yang datang dari daerah Jawa.  Namun nyatanya genre musik bercita rasa tinggi ini merupakan bentuk persilangan antara musik barat dan timur.

Kabarnya keberadaan keroncong di Indonesia dibawa oleh orang-orang Mestizos (keturunan pelaut Portugis yang menikah dengan penduduk lokal yang menjadi koloni mereka) ke Batavia khususnya Kampung Tugu. Sebagai kaum minoritas di Batavia, mereka kerap rindu kampung halamannya.  Nah, untuk mengobati rasa rindunya mereka pun memainkan musik untuk menghibur hati yang hampa.

Berbekal sebuah gitar kecil bernama Cavaquinho, mereka pun dengan riang gembira menghasilkan komposisi-komposisi indah yang kelak menjadi cikal-bakal berdirinya orkes Keroncong Tugu.  Orkes ini merupakan salah satu usaha menjaga identitas keroncong khas Kampung Tugu karena nyatanya musik ini mulai tersebar kemana-mana.  Mereka memiliki pakem sendiri dengan tambahan alat musik yang dimainkan seperti rebana, gendang, angklung, suling, dan biola.

Saya sendiri mengenal keroncong dari para penyanyi asal Jawa seperti Pak Gesang, Mas Mus Mulyadi, Mbak Sundari Soekotjo, Bu Tuti Maryati Tri Sedya, dan Bude Waldjinah.
Alat musik yang digunakan pada musik keroncong versi Jawa ini umumnya seputar gitar akustik, bass, ukulele, suling, biola, cello, dan kontrabas.  

Keroncong yang mulai dikenal secara resmi di Indonesia sejak tahun 1880 itu sudah melewati 4 fase, yaitu keroncong tempoe doloe (1880-1920), keroncong abadi (1920-1960), keconcong modern (1960-2000), dan keroncong milenium (2000-sekarang) demikian menurut pakar keroncong, Sunarto Joyopuspito.

Nah, karena masa kecil sampai remaja saya diisi dengan dendangan lagu keroncong yang kerap didengarkan simbah, maka saya pun akhirnya memiliki lagu-lagu keroncong favorit sepanjang masa.

1.  Saputangan.  
Lagu ciptaan Pak Gesang ini liriknya sangat sederhana, berkisah tentang saputangan kenang-kenangan dari kekasih.  Sepertinya ini semacam kisah nyatanya Pak Gesang karena saputangan tersebut ada fisiknya, demikian seperti yang dituturkan oleh Mbak Sundari Soekotjo.

Wah, kalau zaman sekarang mah pakai saputangan udah gak zaman yak karena zamannya pakai tissue... Scar tissue that I wish you saw ehehehe jadi RHCP.

Saputangan di waktu sekarang
Jadi hiburanku
Karena kekasihku sekarang
Tinggalkan diriku


2.  Kota Solo.

Dinyanyikan oleh Mas Mus Mulyadi, lagu Kota Solo ini berkisah tentang keindahan kota tersebut, baik dari segi keseniannya dan keadaan kotanya.   Saking indahnya sang kota sampai bisa menghilangkan hati sedih dan duka.

Sungguh indah kota Solo banyak pemandangan
Pulau hiburan di tepinya Bengawan
Kota Solo yang menjadikan kenang-kenangan
Hingga dapat menghilangkan hati sedih dan duka.


3.  Rangkaian Melati.

Lagu ciptaan R. Maladi Arimah Noramin ini telah banyak yang membawakannya baik oleh Mas Mus, Mbak Sundari Soekotjo, Bu Tuti Tri Sedya, dan banyak lagi.   "Rangkaian Melati" ini termasuk ke dalam lagu perjuangan.  

Rangkaian melati yang kujaga
Sampai ku mati
Biarpun tak kan kembali
Pahlawanku yang sejati

4.  Putri Solo.
Lagu ini menggambarkan sosok putri Solo yang berjalan bagai harimau lapar (ini maksudnya gemulai ya), berlesung pipit, dan hitam manis kulitnya.  Saya kerap mendengarkan lagu ini versi Mbak Sundari Soekotjo yang suaranya sangat lembut dan mengademkan.

Etapi, sosok puteri Solo yang seperti ini masih ada gak ya di zaman sekarang?

Putri solo,
Yen ngguyu dekik pipine
Ireng manis kulitane
Dasar putri Solo

5.  Di Bawah Sinar Bulan Purnama.

R. Maladi menulis lagu ini saat zaman penjajahan antara antara tahun 1942-1945 bersama dengan lagu Rangkaian Melati.  Pria multi talenta ini selain telah menciptakan 46 lagu keroncong pun merupakan pemain sepak bola, dirjen, dan menteri.

Lagu "Di Bawah Sinar Bulan Purnama" mengisahkan tentang indahnya dunia saat diterangi oleh sinar bulan purnama.

Beribu bintang taburan
Menghiasi langit hijau
Menambah cantik alam dunia
Serta murni pemandangan

6.  Kr. Moresko.

Lagu Kr. Moresko ini diciptakan oleh Kusbini yang juga merupakan pencipta lagu-lagu kebangsaan.  Salah satu penyanyi yang membawakan lagu ini adalah Bude Waldjinah yang mana adalah penyanyi favorit simbah.

Moresko ini sebenarnya adalah musik dengan tarian dari bangsa Moor, kaum muslim yang berasal dari Moro yang tinggal di Portugis.

Ahaai, Kroncong Moresko aku dendangkan
Agar hati rindu menjadilah senang


7.  Bandar Jakarta.

Lagu yang diciptakan oleh Iskandar ini mengisahkan tentang sisi lain Jakarta yang indah. Nomor ini pernah dinyanyikan oleh saudara perempuan Mas Mus Mulyadi yaitu Mbak Sumiati.

Awan Lembayung menghiasi bandar indah permai
Aman terlindung oleh pulau seribu melambai .

8.  Jembatan Merah.

Nah, ini dia lagu keroncong paling favorit.  Diciptakan oleh Pak Gesang Martohartono, "Jembatan Merah" berkisah tentang seorang wanita yang melepas kepergian kekasihnya untuk berjuang di medan pertempuran Surabaya.

Biar jembatan merah

andainya patah akupun bersumpah

Akan kunanti dia disini

Bertemu lagi

Biasanya nih, bila saya mendengarkan lagu-lagu keroncong jatuhnya ketiduran saking merdu-mendayunya. Namun, apapun itu keroncong memiliki sensasi hipnotis, baik dari segi lirik maupun melodi, bahkan bagi saya yang menyukai genre-genre musik menghentak.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun