Dulu minyak tanah adalah primadona dapur, terutama dapurnya ibu saya. Ya, zaman segitu belum mengenal tabung gas, baik yang biru, ijo, apalagi pink, jadi bahan bakar kompor ya minyak tanah alias kerosene.
Kompor minyak tanah itu rempong, di mana sumbunya harus diganti bila sudah memendek. Gak kayak sekarang, sumbu pendek malah merajalela di mana-mana bikin pening kepala aja.
Selain minyak tanah, minyak kelapa kopra menjadi ratu untuk goreng dan tumis. Simbah saya bilangnya minyak klentik, belinya per-desi pakai gayung terbuat dari besi.
Masak-memasak zaman bareto mah hanya mengenal dua minyak itu, minyak tanah sebagai bahan bakar dan minyak kelapa untuk memasak. Namun seiring dengan perkembangan zaman divisi perminyakan di dapur menjadi menggelembung.Â
Di dapur ya soalnya bila di luar dapur, minyak nyong-nyong, kutus-kutus, tawon, dan bulus yang menjadi primadona tapi bukan Donadoni, itu mah pemain bola Itali, eh.
Jadi minyak apa saja sih yang wajib dikenal oleh para pecinta masak-memasak agar tak salah pakai?Â
Baiklah, kali ini Mamak Dokter Stone Cobek Ulekan Bersodara akan menggelar dagangan eh keterangan.
1. Â Minyak Sawit (Palm Oil).
Minyak sawit ini dibuat dari mesocarp buah kelapa sawit dan merupakan bahan memasak yang umun ditemukan di wilayah Asia Tenggara, Afrika, dan sebagian Brasil. Â Mengapa kini minyak goreng dirajai oleh si sawit? Tak lain tak bukan karena biaya produksinya yang rendah dan memiliki kestabilan oksidatif ketika digunakan untuk menggoreng.
Keunggulan lain dari minyak sawit adalah harga yang relatif murah, bebas lemak trans, memiliki antioksidan alami, tidak berasa dan tak berbau, serta dapat meningkatkan cita rasa pada makanan.
Kini minyak sawit banyak dijual dalam bentuk kemasan dalam berbagai macam merek. Minyak ini dapat digunakan untuk memasak apa saja seperti goreng, tumis, sampai membuat brownis.