Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pilih Sekolah untuk Anak, Pertimbangkan 4 Hal Ini

11 Januari 2021   22:02 Diperbarui: 11 Januari 2021   22:07 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : medcom.id

Zaman berubah, dulu dan sekarang jelas berbeda termasuk dalam hal memilih sekolah. Dulu saat saya masih unyu-unyu, memilih sekolah gak seribet sekarang.  Asal NEM-nya tinggi bisa pilih sekolah negeri favorit yang mana saja. Mau jauhnya sampai keluar galaksi bima sakti juga gak masalah.

Ya, dulu SD saya di kabupaten, berhubung punya NEM yang agak lumayan saya pun pilih sekolah ke salah satu SMP favorit di kotamadya.  Jarak sekolah dengan rumah sekitar 13 km ditempuh dengan naik angkot satu kali.  Tapi lalu lintas memang gak seribet sekarang, masih selow, paling macet sedikit di sekitar sekolah karena kebetulan SMP saya letaknya di dekat terminal angkot.

Begitu pun saat SMA dan kuliah, jarak tak menjadi soal asalkan bisa masuk negeri yang biayanya gak semahal swasta.  

Waktu pun berlalu, sekarang giliran anak saya yang sekolah. Saat TK saya pilih sekolah yang dekat-dekat saja hanya berjarak ratusan meter dari rumah dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Beberapa teman pernah memberi rekomendasi TK-TK unggulan yang letaknya lumayan jauh dari rumah.  Saya pun berkata "tidak!"  (gaya Om Andi Mallarangeng).  

Lalu tahun berganti, saatnya anak masuk SD.  Kali ini saya pilih SD swasta berbasis agama, letaknya sekitar 1 km dari rumah. Saya pilih SD swasta karena tidak seramai SD negeri yang satu kelasnya bisa diisi sampai 46 orang. Terbayang kan bagaimana cek-coknya suasana di kelas.

Ya, di SD swasta satu kelas paling banter berisi 25 orang sehingga suasana kelas gak akan seramai SD negeri yang ada di sekitar tempat tinggal saya.  Untuk keunggulan SD swasta ya pasti ada lah, lha wong harus bayar je mosok gak ada timbal baliknya, ya kan?

Nah, setelah SD, ya SMP.  Masa-masa masuk SMP inilah yang bikin emosi jiwa. Betapa tidak, sistem zonasi sedang hot-hotnya. SMP negeri yang lokasinya dekat dengan rumah hanya satu. Jarak rumah saya dengan SMP ini sekitar 1 km, dan hasilnya? Gak keterima dong!  Lha, yang rumahnya lebih jauh dari saya malah keterima. Angka 6 sampai 8 juta lah yang menjadi juru selamat untuk masuk SMP Negeri yang harusnya gratis itu.

Laah daripada berlicin-licinan memakai pelicin mending pilih sekolah swasta saja. Kali ini saya pilih sekolah swasta yang tidak berbasis agama agar anak dapat berbaur dengan teman yang berbeda-beda latar belakang dan keyakinan.

Saat memilih sekolah untuk anak, hal pertama yang saya lihat adalah lokasinya. Untuk masa sekarang ini penting karena bersangkutan dengan kondisi jalanan yang kerap mengalami kemacetan. Anak bisa lelah di jalan dan kehilangan fokus saat belajar, berabe kan?

Hal kedua adalah jam belajar. Saya tidak pernah berniat memasukan anak ke sekolah yang jam belajarnya terlalu panjang.  Sudah banyak contoh anak yang stres karena harus belajar di sekolah dari pagi hingga petang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun