Seperti sore-sore sebelumnya, aku kembali duduk di tempat yang sama namun kali ini sendiri. Â Ku tatap ruang kosong di sampingku. Sepi. Â
Dia telah pergi. Tak akan ada lagi tawa lepasnya diantara kesibukan menyelaraskan warna-warna kotak rubiknya. Tak akan ada lagi ocehan-ocehan konyol dan letupan-letupan kata bijak yang keluar dari bibirnya. Â Dan tak akan ada lagi bunyi denting dua botol susu kedelai kegemarannya. Â Semuanya hilang dalam satu jentikan jemari Tuhan.
Aku masih bergelung dengan air mata. Â Air mata yang tak akan membuatnya kembali. Dia selalu ada walau gemuruh badai dan sambaran petir menghantamku berkali-kali. Â
Dia tertawa dengan kepedihanku. Â Dia tersenyum diantara rasa getirku. Â Dia membuatku belajar menghadapi hidup yang tak sempurna.
"Tuhan adalah sang pemilik rencana. Â Kita, manusia hanya menjalani. Dia bisa membolak-balikkan semua dengan satu jentikan jemari, Che. Maka terimalah." Â Judy menatapku dibalik tirai air mata.yang ku susun secara membabi-buta.
"Seperti rembulan, setiap orang memiliki sisi gelap, begitu pun aku dan kamu, Che." Â Lanjutnya, matanya menerawang jauh. Aku menggeleng "Mereka yang mencercaku tidak."
Judy tersenyum "Bahkan benda seterang mentari pun memiliki sisi gelap, Che. Â Tapi mungkin teman-temanmu itu menganggap diri mereka malaikat dan memandangmu sebagai pendosa yang patut untuk ditertawakan, dicerca, bahkan dikucilkan."
Aku kembali menatap ruang kosong di sisiku. Â Judy adalah satu dari sedikit teman yang aku miliki. Â Teman yang menerimaku apa adanya. Teman yang tidak pernah berpura-pura. Â
Dalam hidup aku pernah melakukan hal buruk yang membuatku disingkirkan dari lingkaran pertemanan yang aku miliki sebelumnya. Â Aku masih ingat rangkaian kalimat yang meluncur dari bibir mereka. Alangkah tajam menghujam ke dalam hati dan pikiran . Â
Lantas mereka pergi dengan membawa ayat-ayat tentang kebaikan tapi tidak tentang kemurah hatian. Mereka menyingkir bersama petuah-petuah kebijaksanaan namun menghiraukan belai kasih sayang. Mereka adalah manusia-manusia tanpa cela yang tak memiliki ketulusan cinta.
Ketika mereka semua meninggalkanku yang berlumur kelam. Judy tetap tersenyum untukku.