Satu-satunya T-Shirt band rock yang pernah saya miliki adalah yang bertuliskan Red Hot Chili Peppers (RHCP). Logo RHCP yang ikonik  itu dapat mengambyarkan pertahanan dompet saya yang pas-pasan.  Perpaduan warna hitam dan merah menyala pada lembaran T-Shirt itu terlihat sangat cucok meong ketika dipandang.
Padahal saya sendiri bukanlah penggemar  band yang berdiri sejak tahun 1983 itu, saya hanya familiar dengan beberapa lagu hits-nya.
Band pedes seuhah ini kadang terlihat sangat gila dan acak-acakan, baik karena dandanan mereka yang aneh bin ajaib seperti memakai kaos kaki di tempat yang bukan semestinya, lirik yang malesin ataupun aksi panggungnya yang blingsatan.  Apalagi bila melihat Flea beraksi loncat sana loncat sini berbugil ria dan byak-byakan sambil membetot senar bass-nya, niscaya mata dan telingga ini pun ikut jumpalitan tak keruan.
Telah menjual lebih dari 80 juta kopi rekaman tidak membuat RHCP menjadi band yang dicintai. Â Pada kenyataannya band ini memiliki haters garis keras. Â Para haters mengatakan bahwa mereka adalah band rock yang tidak nge-rock, membawakan musik funk yang sama sekali gak funky, menyelipkan musik hip hop yang tak tentu arah dan terlalu banyak menyebut-nyebut kota asal mereka, California. Â Yaaaa, iya juga sih heuheu.
RHCP adalah band yang sama sekali tak berpengaruh, para haters berdengung ramai. Â Namun apapun itu mereka telah membukukan namanya di Rock and Roll Hall of Fame sebagai salah satu band yang berpengaruh dan sukses selama lebih dari tiga dekade ini.
Satu hal yang patut diacungi jempol kepada band yang banyak terlibat dengan aksi sosial itu adalah dapat bertahan selama lebih dari 30 tahun diantara gempuran band baru serta genre musik berbeda yang menghiasi masing-masing era.
Dibentuk oleh Anthony Kiedis (vokal), Flea (bass), Hillel Slovak (gitar), dan Jack Irons (drum), RHCP pun memulai debut mereka dalam bermusik. Namun sebelum mereka dapat meraih popularitas, sang gitaris meninggal karena overdosis heroin pada tahun 1988 yang diikuti dengan hengkangnya Irons. Slovak dan Irons yang kemudian hari mampir sebagai drummer-nya Pearl Jam itu akhirnya digantikan dengan John Frusciante (gitar) dan Chad Smith (drum).
Tiga album pertama mereka yaitu, Red Hot Chili Peppers (1984), Freaky Styley (1985), dan The Uplift Mofo Party Plan (1987) banyak menarik penggemar arus bawah namun gagal menembus arus utama.
Akan halnya album mereka selanjutnya yaitu Mother's Milk (1989) mendapat sambutan baik terutama dengan dua nomor ciamiknya "Higher Ground" dan "Knock Me Down".
Dan seperti biasa, produser kondang Rick Rubin-lah yang akhirnya dapat membawa RHCP menapaki kejayaan dengan album
Blood Sugar Sex Magik(1991). Â Nomor "Under the Bridge" langsung nangkring di tangga lagu Billboard Hot 100 di posisi kedua dan menjadi salah satu lagu rock alternatif yang menentukan di tahun 90-an.
Sayangnya sang gitaris John Frusciante tiba-tiba meninggalkan grup dan digantikan oleh mantan gitaris Jane Addiction, Dave Navarro.