Baru-baru ini, Damon Albarn pentolan band britpop "Blur" menanggapi pahit berita tentang keterlibatan Morrissey di ranah politik. Ya, frontman band virtual "Gorillaz" yang beberapa waktu silam meluncurkan album baru dalam naungan band "The Good The Bad & The Queen" ini mengatakan bahwa dukungan Morrissey terhadap partai sayap kanan Britania Raya itu hanya akan membuat banyak orang kesal.
Albarn pun menambahkan bahwa seseorang tidaklah pantas untuk berkecipung didunia politik di negeri yang ia tidak tinggali lagi. Ia pun mengungkapkan bahwa seorang politikus harus berbaur dan tinggal di tempat bersangkutan untuk merasakan sendiri gelegak emosi masyarakat bukan hanya merumuskan ide-ide tentang sesuatu dari kejauhan. Diketahui Morrisey sendiri kini lebih memilih tinggal di California daripada di negeri kelahirannya.
Lha, sebenarnya siapa sih Morrissey ini sampai membuat Kakanda Damon dan beberapa fans garis kerasnya merasa kuciwaw?
Aha, selain nama kepik milik seorang teman , Morrissey adalah seorang pria. Yaeyalah. Namun pria Inggris yang satu ini dulu terkenal dengan aksi panggung yang melambai dengan menonjolkan sisi manis manja bersama bandnya yang hanya bertahan 5 tahun saja yaitu The Smiths.
Ah ya, lima tahun yang telah membuat The Smiths menjadi salah satu band yang paling berpengaruh di ranah musik pop tahun 80-an. Nomor-nomor band yang berdiri tahun 1982 itu telah mewarnai banyak kisah remaja era 80-an.
Tak ayal beberapa lagu grup yang hanya merilis 4 studio album ini menghiasi beberapa film yang berlatarkan tahun 80 sampai 90-an. Bumblebee dan The Perks of Being a Wallflower adalah salah dua film yang telah mengingatkan kembali masa-masa keemasan band yang digawangi oleh Steve Morrissey, Johnny Marr, Mike Joyce, dan Andy Rourke ini.
The Smiths berawal dari kekecewaan dua pemuda unyu-unyu yang bertemu di konser biduan punk Patti Smith kepada musik pop kontemporer yang tengah populer di negerinya ditambah dengan gempuran musik heavy metal dan progressive rock yang semakin merajalela.
Duet pemuda asal Menchester, Steve Morrissey dan Johnny Marr ini mencoba membangkitkan kembali musik pop klasik yang mengandalkan bebunyian dari gitar, bass, dan drum. Alunan gitar Marr yang indah dan terkendali serta lirik-lirik Morrisey yang memesona namun terkadang aneh dengan balutan humor dengan level kepedasan tingkat dewa langsung menghujam telinga banyak remaja dan menjadi hiburan baru yang menggembirakan.
Meskipun Morrisey dan Marr menyukai musik punk (Marr adalah penggemar band punk New York Dolls) namun keduanya tidak ingin berlarut-larut dengan musik punk itu sendiri.Â
Walau begitu, mereka masih membawa semangat idealisme radikal yang lahir di era punk seperti ogah membuat video musik untuk promosi. Duo cetar ini mencukupkan diri untuk dikenal melalui jalur zonasi ehehehe, maaf baper maksudnya jalur televisi dan pers. Dan hal tersebut berhasil, The Smiths yang dikomandani Morrissey pun menjelma menjadi band yang dipuja dan dipuji.
Pentas dari klab ke klab dengan formasi yang berubah-ubah tak membuat Morrissey dan Marr patah arang. Semangat mereka untuk mengembalikan musik yang pernah melemah itu membuahkan hasil. Dengan dukungan fans yang setia dan beberapa stasiun radio andalan akhirnya mereka merilis album debutan yang diberi judul "The Smiths".Â