Dalam dunia anime dan manga, kita (apaaa, kita?) mengenal salah satu hitokiri yang hidup di zaman bakumatsu yaitu Kakanda Kenshin Himura. Ronin yang memiliki pedang dengan mata pisau terbalik itu adalah penjelmaan salah satu dari empat hitokiri termahsyur yang dimiliki oleh negerinya paman Naruhito yang bernama Kawakami Genzai.
Genzai bersama tiga rekannya yaitu Kirino Toshiaki (Nakamura Hanjir), Tanaka Shinbei, dan Okada Izo merupakan empat hitokiri yang bertugas untuk melenyapkan orang-orang penting yang duduk di dalam pemerintahan shogun. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa hitokiri memiliki peran yang sangat krusial pada era restorasi Meiji.
Kawakami Genzai adalah hitokiri yang paling terkenal di zaman itu karena "prestasi"nya yang dapat menghabisi salah satu tokoh politik idealis yang juga merupakan seorang ilmuwan bernama Sakuma Shouzan.
Di dalam kisah anime dan manga, Genzai menjelma di dalam diri Kenshin Himura. Samurai yang memiliki tanda silang ikonik di pipinya itu digambarkan sebagai sosok yang persis dengan Genzai, pendiam, berambut panjang, dan bertubuh kecil. Hal inilah yang menyebabkan ia kerap disangka sebagai seorang wanita.
Dalam film live-action-nya, Takeru Sato sangat cucok maricok memerankan sang pembantai yang telah bertobat itu. Aktor kece badai berusia 30 tahun itu tampil manis dengan yukata merah dan hakama abu-abu monyetnya. Rambut tambahannya yang diikat ke belakang dengan poni yang merumbai acak membingkai wajah kalem gantengnya.
Prekuel Rurouni Kenshin yang diadaptasi dari jidaegeki manga "jinchu" arc Samurai X ini dibagi menjadi dua bagian namun judulnya belum dirilis kepada publik. Kisahnya sendiri menyoroti tentang masa lalu Himura di tahun-tahun terakhir era bakumatsu dan bagaimana ia mendapatkan codet menyilang di pipinya.
Menurut sang sutradara, film kali ini akan menyajikan drama yang mendalam, aksi yang lebih membahana dari film-film terdahulunya, serta kisah cinta sejati yang bakal membuat baper.
Proses syutingnya sendiri telah dilakukan sejak bulan November 2018 dan berakhir bulan Mei 2019 lalu dengan mengambil lokasi di beberapa tempat seperti Kyoto, Nara, Shiga, Mie, Hyogo, Kumamoto, Hiroshima, Tochigi, Saitama, dan Shizuoka.
Sebagai otaku jadi-jadian yang tak tentu arah, saya merasa tak sabar menunggu dua film terakhir yang diadaptasi dari anime yang dulu pernah tayang di salah satu televisi swasta tanah air ini dan berharap One Ok Rock-lah yang kembali mengisi soundtrack-nya.Â