Tiga hari ini saya belum menginjakkan kaki di pasar untuk sekadar memilih sayuran di zona dagangnya Bu Ai, memilah ikan segar di lapak A Hendra, membawa pulang daging ayam beserta ati ampelanya di tempatnya Kang Angga.
Bersua dengan A Yadi beserta tempe dan tahunya yang ia beri merk dagang 'Jablay', membeli sejumput daging sapi di tempat Pak Haji dan istrinya yang selalu tampil cetar, sliweran di lapaknya Pak Sonny tanpa membeli, membaui aroma konsisten minyak wangi koko tukang perabot.
Mencari kenikir di lapak abah Maman dan menyambangi Teh Rannie dan suaminya yang agak lebay guna mempersiapkan bahan-bahan kue lebaran. Pasar sepi Fernando, karena berdasarkan pengalaman tahun lalu, 3 hari awal puasa hanya ada segelintir pedagang bertekad besi berniat baja yang membuka lapaknya di pasar.
Berbeda dengan satu sampai dua hari menjelang ramadan, pasar bagaikan tempat komedi putar digelar, ramai, dan uyek-uyekan. Saya yang biasanya belanja dengan selow pun terpaksa harus melancarkan jurus Kage Bunshin no Jutsu diantara ratusan orang yang sliweran. Jurus milik hokage ke tujuh ini sih sebenarnya biasa aja bila dibandingkan dengan milik sensei amuba. Lha iya, Naruto hanya membelah bayangan, amuba mah membelah diri, bo!
Ramainya pasar menjelang ramadan sudah berlangsung sejak berabad-abad silam, ahaha lebay. Semua orang mendadak pergi ke pasar, membeli bahan makanan untuk dimasak menjelang ramadan alias munggahan. Ya, di kampung saya yang mana letaknya tiga ribu tahun cahaya dari ibu kota tradisi munggahan selalu dihelat. Munggahan sendiri artinya adalah naik ke bulan yang derajatnya lebih tinggi, kalau naik ke bulan yang sebenarnya sih kerjaannya Neil Amstrong, Yuri Gagarin, dan Sentinel Prime.Â
Pelaksanaan munggahan ini biasanya dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga, saling maaf-memaafkan, bersedekah, berziarah, berwisata, dan tentu saja makan-makan alias botram. Dengan adanya tradisi ini tak ayal pasar selalu penuh menjelang ramadan. Selain itu adapula yang menganut paham sebelum puasa atau awal ramadan haruslah mengkonsumsi makanan yang enak-enak, padahal kata Bang Haji Rhoma Irama, yang enak-enak itu adalah perangkap syetan, hiiy.
Sepekan sebelum ramadan daging ayam sudah naik duluan, slow but sure, setiap hari naik, dari yang awalnya 32 ribu hingga menyentuh angka 40 ribu rupiah. Begitu pula dengan harga telur ayam, dari 21 ribu kini sudah berada di kisaran harga 25 ribu rupiah.Â
Bagi para bakul kue lebaran dadakan seperti saya, naiknya harga telur ayam ini membuat hati meriang karena telur ayam adalah salah satu bahan krusial dalam pembuatan kue kering. Lha masak iya mau diganti dengan telur buaya, bisa kena 'gap' pecinta binatang langka.
Akan halnya daging sapi tetap stabil di angka 120 ribu untuk yang berkualitas bagus dan 85 ribu rupiah untuk kualitas dibawahnya. Namun di sebuah supermarket daging sapi khusus untuk masakan rendang dijual dengan harga 90 ribu perkilonya. Auuu ...serbuuuuu...
Untuk harga beras berdasarkan pantauan radar yang gak kalah canggihnya dengan radar milik Rusia Struna-1 masih dalam keadaan stabil sedangkan gula pasir curah mengalami kenaikan sebesar 2 ribu rupiah perkilonya.Â