Tinggal di kampung itu terkadang kerap mengalami hal yang berbau-bau komedi. Seperti beberapa hari yang lalu, ketika saya tengah khusuk menyirami tanaman yang mulai terlihat mengering dihajar habis-habisan oleh sinar mentari hari kemarin tiba-tiba ada seorang ibu yang nangkring di motornya dengan jarak ratusan ribu tahun cahaya meneriaki saya dengan sangat lantang.
"Teh, pami ibu ieu namina saha?" * Dia menunjuk rumah tetangga saya dengan posisi masih nangkring diatas motor, harapan saya sih dia upgrade kemampuan dengan nangkring diatas pohon kamboja milik tetangga sebrang rumah biar kelihatan lebih heroik dan cadas.
Sambil menduga-duga, dengan perasaan campur aduk antara bingung, terpesona dan jengkel saya pun menyebut nama ibu yang dia maksud. Setelah mendapatkan jawaban dan tanpa mengucapkan kata terima kasih, hatur nuhun, kamsiah, atau matur nuwun, si ibu terduga SKSD alias Sok Kenal Sok Dekat itu pun terlihat langsung menuliskan sesuatu di atas tumpukan benda yang ia bawa.Â
Sebagai turunan ke-7 lain bapak lain emak dari Pakde Hercule Poirot, timbul rasa penasaran yang menggebu atas hal yang baru saja terjadi. Sambil tetap menyirami tanaman yang ternyata gak usah disiram karena pot tanaman bambu air memang sudah berair, saya pun mengendap-endap dibalik pagar, kepo.
Belum sempat saya mengatur posisi pengintaian, saya dikagetkan oleh suara si ibu tadi yang tiba-tiba sudah nongol di balik pagar.
Gubrak gubrak gubrak jeng jeng jeng.
Kalau saja saya latah, mungkin saat itu dia pasti sudah basah kuyup. Lalu ibu itu pun mengajukan pertanyaan yang membuat saya sedikit salting.
"Teh, namanya siapa?"
"Memangnya kenapa?"Â Dahi saya pun berkerut.
"Ini ada undangan."
"Undangan apa?"