Bila memasuki bulan ramadan, saya suka stres sendiri, kenapa? Karena di bulan ini teror petasan dimulai, yang membuat suasana hati membara tak karuan. Â Tak memandang waktu pula, subuh dor, siang bolong dooor, magrib sampai pulang tarawih dueeer, dan sialnya terkadang tengah malam pun duuuaaarr. Â Yang menyalakan sih sudah siap-siap tutup telinga tunggu momennya, lha orang lain tinggal tunggu semaputnya. Â
Dari anak beyes-beyes seukuran kelas 2 SD sampai anak usia akut.  Dengan wajah semringah penuh tawa mereka menyalakan petasan di jalan depan rumah  yang notabene bukan rumah mereka sendiri.  Terkadang ada petasan yang di lemparkan kehalaman rumah yang mereka lewati sambil cekakakan.  Tertawa diatas penderitaan orang lain, ya ampun.
Ditegur halus gak mempan, teguran keras malah akan menjadi bumerang, rumah kita akan menjadi bulan-bulanan, ledakan demi ledakan akan semakin membabi buta, bila sudah begitu jalan terakhir yang di pilih adalah lapor ke pak ketua rukun tetangga atau datangi orang tuanya. Â Tapi ada apesnya, kadang si orang tua bersangkutan malah mengamini perbuatan anaknya, dengan alasan setahun sekali lah atau biar ramai suasana lah, ya ampun.
Kalau sudah begitu ingin rasanya mengundang Pak Setyo Wasisto buka puasa bersama heuheu.Â
Nah, ramadan tahun ini, bebunyian petasan agak langka terdengar, Â kalau kata orang sunda mah tiis ceuli herang panon. Â Mungkin hal ini dikarenakan pihak kepolisian semakin santer merazia para produsen dan pedagang petasan, merunut ke Undang Undang Darurat No.12 Tahun 1951 tentang bahan peledak.Â
Petasan yang pertama kali ditemukan di Tiongkok karena ketidaksengajaan oleh seorang koki ini  termasuk bahan peledak dengan daya ledak rendah yang dilarang beredar karena membahayakan.  Banyak sudah korban luka akibat petasan, dari anak ingusan sampai pemain sepakbola Persiba.
Ya semoga saja ya di bulan nan suci ini orang-orang dibelakang pembuatan petasan segera disadarkan karena sudah banyak kasus-kasus mengerikan yang terjadi dan memakan korban bukan hanya harta tapi juga jiwa.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H