Nara asik mengunyah bakwan hangat yang kerap disebut bala-bala, dahinya berkerut. Lalu tanpa pikir panjang ia menyambar gelas air putih di hadapannya dan meneguknya sampai tetes terakhir.
Berton-ton MSG di dalam sebuah bala-bala hangat.
“Nah itu Ra, cewek yang tadi aku bilang ke kamu, yang kemarin jalan dengan adik kamu itu.” Mahendra menunjuk seorang gadis bergaya tomboy yang tengah berjalan tergesa menuju kantin di mana mereka berada sekarang.
Nara terdiam, matanya terus mengikuti sosok itu.
“Kamu lihat mereka di mana?” Nara menyentuh keningnya, kepalanya mulai terasa pusing, perutnya sedikit mual, dan bibirnya terasa gatal.
“Di mal sana itu loh.” Mahendra melayangkan tangannya menunjuk arah. “Eh, Ra bilangin tuh ke adik kamu, Rein itu..”
“Siapa?” Nara mencondongkan badannya ke arah Mahendra.
“Rein, cewek itu namanya Rein, dia itu sudah punya cowok. Aku kenal cowoknya, bukan anak sini sih.”
Nara manggut-manggut. Mendadak tubuhnya terasa tidak enak.
“Bilangin ke adik kamu, hati-hati tuh deketin cewek orang. Cowoknya Rein itu cemburuan, kamu tahu kan gimana tingkah cowok cemburuan? Dia bisa melakukan apa aja, iya kan ?” Mahendra tersenyum sinis sambil melirik Nara yang tengah sibuk dengan pikirannya.
Cowoknya cemburuan.