Lalu di mulailah kegilaan itu. Dengan belepotan, kata demi kata Billy ucapkan tergesa yang membuatnya kadang tertawa menyadari ketidakberdayaan menghadapi rentetan kalimat tak berjeda itu.
Yeah, it's been a ride
I guess I had to, go to that place, to get to this one
Now some of you, might still be in that place
If you're trying to get out, just follow me
I'll get you there
Billy terkagum kagum dengan kalimat kalimat yang meluncur deras dari penyanyi rap berkulit putih itu. Eminem adalah sebuah anomali diantara para rapper berkulit hitam. Eminem adalah bukti bahwa selalu ada ruang bagi siapa saja yang bersungguh sungguh. Billy  tersenyum diantara banyak penonton yang berteriak teriak memanggil nama penyanyi yang hobi memakai celana melorot itu.
***
Lembayung senja telah menampakkan dirinya di luar sana. Warna nya yang keemasan membuat mata Billy terpaku akan keindahannya. Ia menyandarkan punggung di kursi belajarnya. Jendela kamarnya yang terbuka lebar mengantarkan alunan angin sepoi sepoi ke dalam kamarnya. Billy menatap buku itu. Beberapa saat yang lalu, ia telah menghadiri konser konser fenomenal dari jaman ke jaman, banyak pelajaran yang ia tarik dari perjalanan itu. Namun pikirannya masih buntu. Billy memejamkan matanya. Sebuah tiupan angin mengusik lembaran kertas di buku yang di raihnya dengan segera. Sebuah lirik lagu tanpa judul dan tanpa nama pengalunnya tertera di sana.  Untuk beberapa saat ia memandangi barisan kata beserta chord yang ada di sana.  Tak berapa lama, di ambil kembali gitarnya  yang kemudian ia letakkan di pangkuannya.
Tidak seperti konser konser di atas panggung besar yang Billy sambangi sebelumnya, konser kali ini hanya diadakan di sebuah cafe. Â Penonton yang hadir tidak berdesak desakan dan tidak berteriak teriak histeris. Billy berdiri di pojok ruangan, matanya terpaku ke atas stage rendah di depan sana. Â Seorang vokalis muda terlihat menghayati perannya. Mereka yang tampil di atas sana sangat sederhana namun memesona.
Hangat sinar mentari