Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Nasi Kuning

27 Juni 2016   19:48 Diperbarui: 27 Juni 2016   19:55 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasi kuning atau disingkat naskun adalah makanan yang identik dengan syukuran. Gak percaya? Percaya aja deh, kenapa? Karena naskun ini di percaya orang dapat mendatangkan berkah bagi yang memakannya yaitu berkah menjadi kenyang hehe.

Menurut adat Jawa, penggunaan naskun yang biasanya dibentuk menjadi tumpeng untuk perayaan syukuran atau selamatan mempunyai filosofi tersendiri. Warna kuning nasinya menggambarkan kekayaan, keberlimpahan, dan rezeki, sedangkan tumpengnya sendiri mempunyai filosofi yang berkaitan dengan moral yang luhur dan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Tapi ya sudahlah, saya gak akan ngomongin nasi tumpeng, yang saya bakal omongin sekarang adalah si naskun nya.

Nah, begitu melekatnya identitas naskun sebagai menu syukuran maka tak heran ketika saya membuat nasi kuning di rumah untuk sekedar iseng, seorang tetangga yang sempat bertandang ke rumah pun melancarkan pertanyaan “ada acara syukuran apa nih, ulang tahun?“ dan hanya cengiran lah yang menjadi jawabannya.

Begitulah nasib si naskun ini, selalu membuat tetangga penasaran.  Entah memang iya penasaran atau karena habis dengar bang haji nyanyi, ya entahlah.

Dulu ketika saya masih kecil, saya sempat memperhatikan ibu atau nenek saya memasak naskun dan yang terpikirkan di kepala adalah bahwa memasak naskun itu membutuhkan banyak pengorbanan lahir dan batin, ribet tanpa ampun.  Dari mulai mencuci berasnya, membumbui sampai menanak nasinya. Dan saya pun berketetapan hati bahwa saya tak akan pernah mau bikin nasi kuning bila saya besar nanti, janji memasak No 1.

Tapi waktu berganti, cuaca berubah eh masa berubah dan saya pun menjadi seorang warlock alias pengingkar janji. Janji memasak No. 1 yang sebelumnya membekas ibarat tatoo nya yakuza, saya tip ex tebal tebal,di setrika dan diakhiri dengan menyemprotkan sinar laser, hilang sudah, mengapa ? karena membuat naskun untuk sekarang ini ternyata semudah bang Eddie Vedder memainkan ukulelenya.

Di jaman serba instan seperti sekarang ini, membuat naskun bukan lagi sebuah tantangan, tinggal cemplung cemplung beras, bumbu instan, santan instan, alat masak instan, ceklik, dalam 1 jam naskun sudah bisa di sandingkan dengan kerabatnya di meja makan.

Bila ingin lebih mudah lagi, boleh dicoba produk naskun instan,  cepat, mudah, dan enak.  Namun bila tidak ingin bersentuhan dengan alat masak, lebih baik beli yang sudah jadi saja, karena saat ini naskun gmudah sekali  ditemui di mana mana, dari pagi sampai malam menjelang.

Entah mulai kapan dan siapa pelopornya, tren naskun sebagai menu syukuran bergeser menjadi makanan yang di jual orang sebagai menu sarapan bahkan makan malam.

Di Bandung sendiri ada beberapa tempat yang suka saya sambangi bila hasrat memakan naskun sedang merebak. Tempat pertama ada di Jalan Pasir Koja kawasan Bojongloa. Lapaknya buka malam hari, lauknya sangat bervariasi dari telur balado sampai semur jengkol. Penggemar naskun di tempat ini lumayan banyak.

Tempat kedua adalah tempat yang cocok untuk dikunjungi, dimana bila kita sekiranya sedang terjangkiti rasa lapar yang sangat sampai menghasilkan komitmen sanggup menelan  nasi  beserta bakul bakulnya. Di tempat yang satu inilah hal itu sedikitnya bisa di wujudkan. Tempat yang terletak di jalan Kopo perempatan Cibaduyut ini menyajikan porsi naskun yang sangat aduhai besarnya.  Lauknya pun gak kalah amazing nya, lengkap, dari balado telur sampe ayam crispy segede kepalan tangan preman tanjakan.

Nah, untuk yang sedang berdiet tak ketat dan masih diijinkan makan karbohidrat, naskun Ceu Empat lah sasaran yang tepat.  Porsinya kecil dengan lauk irisan telur, abon, kacang, orek tempe, mentimun, kemangi dan sambel membuat naskun yang terletak di jalan Kalipah Apo ini begitu pas dalam hal memanjakan lidah orang orang yang kelaparan di waktu magrib jelang malam hari.

Dan yang terakhir tempat naskun yang saya rasa patut di coba adalah naskun yang terletak di Jalan Leuwi Panjang. Tempat naskun ini beroperasi pada pagi hari, lumayan enak, dengan berbagai macam lauk, cukup untuk menjadi menu sarapan di temani dengan martabak KW an yang nangkring di sebelahnya.

Nasi kuning adalah salah satu masakan asli indonesia, resepnya diperkenalkan secara turun temurun. Di antara gempuran penemuan resep resep baru dan masakan/makanan impor, ternyata naskun masih bisa bertahan dan mempunyai tempat tersendiri dihati penggemarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun