Lebaran punya cerita... baju baru, ketupat, salam-salaman, salam tempel... Bagaimana sich suasana lebaran di Adelaide, South Australia? Apa yang mirip dan apa yang beda? Sebelum memulai, Saya dan keluarga mengucapkan: Taqobalallahu Minna wa Minkum, Selamat Idul Fitri 1431H, Mohon Maaf Lahir dan Bathin... Sekarang tibalah giliran saya untuk bercerita suasana lebaran di Adelaide, ibukota negara bagian South Australia. Sebagai kota dengan populasi terbesar di urutan kelima (sumber: wiki), Populasi umat Islam di Adelaide tidak sebanyak Sydney, Melbourne, Brisbane atau Perth, sayangnya saya tidak punya data valid untuk yang satu ini :) Adelaide memiliki 5 masjid didalam kota, 6 lainnya di country, serta beberapa Musholla di 3 Universitas dan di beberapa pusat pemukiman muslim (sumber: web ISSA). Hampir semua masjid menyelenggarakan Shalat Idul Fitri yang dilanjutkan dengan silaturahmi dengan hidangan khas Melayu dan Timur Tengah, setidaknya menurut pengalaman saya. Untuk masyarakat Indonesia, yang terkoordinasi dalam MIIAS (Masyarakat Islam Indonesia Australia Selatan (webnya ada disini), sudah 3 tahun berturut-turut, menyelenggarakan Sholat Idul Fitri (dan Idul Adha) di Pelataran Kampus Flinders University, Bedford Park. Jamaah Sholat yang datang tidak hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga dari Timur Tengah (saya tidak tahu pasti negaranya dari mana saja), Malaysia, Singapore, dan beberapa negara lain. Mengambil tempat di The Plaza Level 2, yang merupakan tempat terbuka di dalam areal kampus, dekat dengan Cafe dan Library, tentu saja acara ini menjadi tontonan para Mahasiswa yang lalu lalang disini, terutama jika Idul Fitri jatuh pada hari kerja, seperti di tahun ini (jumat). Khutbah Idul Fitri disampaikan dalam Bahasa Inggris, mengingat keberagaman Jamaah. Dan dilanjutkan dengan sholat Idul Fitri, kemudian bersalam-salaman, bermaafan, dan acara puncak: hidangan khas Lebaran. Khusus untuk tahun ini, hidangan yang tersedia bukan hanya Indonesian food yang khas dengan Lontong Opornya, akan tetapi jamaah Timur Tengah juga memasang stand khusus makanan dengan cita rasa Middle East. Mereka juga menyediakan goody bag dengan jumlah yang cukup banyak, yang dibagikan untuk anak2, berisi makanan kecil, minuman, dan mainan, anak2 Indonesia pun kebagian jatah.. :) Di Masjid Al Khalil, yang merupakan pusat kegiatan Islam orang Arab (sering disebut Arabic Mosque), sholat Idul Fitri yang didahului khutbah dalam bahasa Inggris dan Arab, juga dilanjutkan dengan menyantap hidangan bercitarasa Arab. Yummy... Cerita yang kurang lebih sama adalah Idul Fitri di Adelaide City Mosque. Masjid yang sudah mengalami Renovasi ini bisa menampung jamaah lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, dan pilihan yang tepat untuk muslimin yang tinggal dekat dengan pusat kota, bahkan untuk mahasiswa yang setelah sholat Id harus kembali ke kampus untuk kuliah atau ujian! Ya, di Australia, Hari Raya Idul Fitri bukanlah tanggal merah tentunya. Jadi banyak diantara kaum muslimin yang minta izin, atau cuti atau meliburkan diri alias bolos. Beruntung bagi mahasiswa yang sedang kosong jadwal kuliahnya, bisa berlebaran full happy. Saya? Hari lebaran tahun ini, bertepatan dengan Annual event alias acara tahunan di kampus, di tingkat Fakultas, yaitu Reseach Day 2010. Sekitar 2 bulan yang lalu, saya mendapat email bahwa saya terpilih dari 15 orang top students se-fakultas, untuk mempresentasikan hasil research saya, dalam seminar yang akan dihadiri oleh kurang lebih 200 orang itu. (Huuuft, pengalaman pertama). Saya cek di kalender, tanggalnya 10 September, berisiko untuk 'tabrakan' dengan Idul Fitri. Tapi, kesempatan tidak datang dua kali, dan saya pun 'berlebaran' dihadapan sekitar 200 orang audiens di lecture theater Mawson Centre, men'seminar'kan riset saya, dan menjawab pertanyaan2 dari audiens. Alhamdulillah, rewardnya 1 buah Mug merchant University, dan $50 gift voucher dari department store paling TOP disini, heheheh... dapat THR nich ye.... Trus.. makan Ketupatnya kapan dooong??? Oh ya, disini kalo pengen makan ketupat, kami merebus "Ketupat Mini' produksi negara tetangga yang diekspor kesini. Dalam kemasan plastik yang tahan panas tentunya, cukup direbus 45 menit, ketupat lebaran instan pun jadi. Sama persis dengan ketupatnya kompasianer dipostingan ini. Sang penjual, Toko Thuan Phat, swalayan vietnam yang menjual makanan2 melayu, sudah menambah stoknya sejak jauh2 hari. Hidangan Lebaran di rumah Lia Alhamdulillah, undangan open house datang bertubi2.. 1 di hari Jumat sore, 3 dihari Sabtu, dan 2 lagi di hari Minggu. Jadi juga dech saya makan lontong Opor dan segala ubo-rampe makanan lebaran, dirumah penyelenggara open house. Untungnya, karena teman2 yang mengundang dari berbagai daerah, jadi makanannnya pun beragam, mulai dari Lontong opor, sate padang, bakso malang, gule, lontong padang, ayam bakar, mie ayam, gulai kepala ikan kakap, dan lain-lain. Semuanya Yum..yum..yummy... Kalo nggak inget diet, maunya semua dilahap, hehehe... saya pilih mencicip semuanya, tapi dalam porsi kecil.. (ini diet apa 'diet' sich?) Begitulah cerita lebaran saya dan teman2 disini, bagaimana dengan lebaran Anda? setiap orang pasti punya cerita unik untuk dibagi.... Salam hangat dari Adelaide, Ika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H