Mohon tunggu...
Ika Windiarti
Ika Windiarti Mohon Tunggu... -

Seorang ibu rumah tangga, yang saat ini sedang menempuh pendidikan Doktoral di bidang Electrical Engineering, di salah satu Universitas di South Australia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mobil Berbahan Bakar "Kaleng Bekas" di Adelaide, South Australia

15 Agustus 2010   23:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:00 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lhooo.. emang ada ya, mobil yang berbahan bakar "kaleng bekas"? Setahu saya, bahan bakar mobil kalo nggak bensin, gas, solar, itu aja dech... Hmmm.. 'lagi-lagi' ini cerita tentang pintar hidup di negeri orang. Macam2 saja cara orang Indonesia, khususnya student yang tinggal di Australia sini. Sebut saja bekerja di kebun (seperti saya, diwaktu summer), berjualan makanan Indonesia, kerja di perusahaan penyedia jasa pesta, jadi cleaner, jadi pengantar katalog toko, jadi loper koran, jadi pelayan restoran,  macem2 dech... Khusus di South Australia, yang beribukota di Adelaide, ada profesi tambahan yaitu jadi pengumpul kaleng dan botol bekas. Lhoo..lho..lho.. ini mah pemulung namanya.... iya emang, kasarnya ya disebut pemulung. Apakah suatu pekerjaan tambahan yang menjanjikan? Jawabnya: lumayan, walopun nggak bisa disejajarkan dengan pekerjaan lain yang bersifat reguler. Kecuali kalo emang mau diseriusin lhooo... Tulisan di Kaleng Minuman Di South Australia, ada kebijakan khusus dari pemerintah tentang 10 cents refunds untuk kaleng bekas minuman soda, botol air mineral, dus kemasan jus/kopi, dll. Tandanya yang bisa di- refund, ada tulisan dikemasannya, "10c REFUND AT COLLECTION DEPOTS WHEN SOLD IN S.A."  Ada di foto, maaf kalo jempolsaya kebawa, hehehe.. Iseng2 googling, ternyata nemu di wikipedia, link-nya di SINI.  Saya pernah ke Melbourne, Sydney, Canberra, dan Perth, nemu juga kaleng dan botol yang ada tulisannya kayak gini, tapi ya itu, tetep harus ada syaratnya, "WHEN SOLD in SA". Ternyata, ini kebijakan pemerintah negara bagian SA, untuk mengatasi penumpukan sampah kaleng dan botol, maka pemerintah menyediakan special funding, supaya orang2 semangat mengumpulkan kaleng dan botol bekas. Siapa sich yang nggak mau ngumpulin sampah tapi dibayar? Lumayan lho, kalo bisa ngumpulin 15 botol bekas = 1.5 AUD, udah bisa beli 1 loaf roti tawar di supermarket terdekat :) Waktu saya datang di Australia tahun 2007, refund nya hanya 5 cents, tapi setelah tahun 2008, pemerintah SA menambah deposit menjadi 10 cents. Trus kaleng2 ini dibawa kemana? Disini banyak collection depot, salah satu yang terkenal adalah Scout Recycling Depot yang hasilnya akan digunakan untuk membiayai kegiatan Scout Australia alias Pramuka-nya Australia. Keren ya?? Jadi siapa saja pengumpul kaleng dan botol bekas, bisa menukarkannya di depot ini, dihitung sama karyawan disitu, dan langsung dibayar cash, saat itu juga. Ada aturan bahwa, jika menukarkan senilai diatas 86 AUD, di pengumpul harus memiliki ABN (Australian Business Number), yang menunjukkan, bahwa kegiatan ini merupakan 'profesi' atau 'bisnis'. Tapi kalo cuma 10 dollar, atau 30 dollar sekali nukar, nggak perlu lah. Saya penasaran juga, kok customer yang datang macam2 modelnya ya? Ada  yang pake mobil bak terbuka, ada yang pake sepeda, ada yang make BMW, ada yang pake mobil keluaran terbaru... Hmm.. Dari pengamatan sekilas, dan sedikit ngobrol2, ada beberapa tipe orang yang menukarkan botol dan kaleng bekas ini: 1. Pribadi, yaitu orang2 yang memang menghasilkan 'sampah' ini dari pemakaian dia sendiri di rumahnya. Hasilnya kalo tipikal orang sini adalah kaleng softdrink dan botol bekas minuman beralkohol. Orang2 gini nich yang kalo datang ke depot pake mobil bagus2.... :) 2. Pemulung, ada juga lho pemulung disini. Tetangga saya, menempati rumah sewaan yang disubsidi pemerintah, disamping dapat tunjangan 'kemiskinan' dari Centrelink (depsosnya sini), dia juga jadi pemulung. Kenapa? Ketika saya tanya, si Ian menjawab, kalo dia kerja beneran, maksudnya yang resmi gitu, kan ada laporannya online ke pemerintah dan depsos, nanti tunjangan 'kemiskinannya' bisa dikurangi, sesuai dengan penghasilan dia. Tapi kalo jadi pemulung, dia setor di bawar 86 AUD, seperti saya sebutkan diatas tadi, dia nggak perlu terkena hitungan selisih penghasilan dengan tunjangan, karena anonim. Biasanya para pemulung ini datang dengan sepeda dan tas2 gembolan yang diikat di sepedanya. 3. Perusahaan, biasanya ada cleaner khusus di perusahaan yang ditugaskan ngumpulin botol dan kaleng bekas, tapi nggak tau juga ding, bisa aja duitnya buat cleanernya. 4. Mahasiswa, ada 2 macam, yang iseng, kayak saya, yang pengen tau aja, kayak gimana rasanya nukerin botol di depot, atau ada juga temen yang memang sengaja ngumpulin botol buat nyari tambahan penghasilan. Beruntunglah kalo rumah sewaannya ada tempat ekstra buat numpuk tuh kaleng2, baru kalo udah banyak baru dibawa ke Recycling Depot. Inilah yang saya sebut punya mobil tapi berbahan bakar kaleng bekas, soalnya hasil 'menjual' kaleng itu rata2 20 AUD per minggu, udah bisa buat ngisi bensin pemakaian selama seminggu, jadi nggak perlu ngerogoh kantong pribadi, cukup ngisi bahan bakar dengan uang hasil penjualan botol dan kaleng bekas. He..he...he... Ada yang punya pengalaman yang sama?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun