Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Perangi Berita Hoaks dengan Pendidikan

30 Oktober 2017   17:20 Diperbarui: 3 November 2017   09:21 7317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: teachaway.com

Mengedukasi Siswa, Keluarga dan Kolega Memerangi Hoax

Hasil studi yang dilakukan para peneliti dari Standford University menemukan bahwa generasi muda kesulitan membedakan berita hoax dari artikel atau berita faktual. Selain itu, sebagian besar orang cenderung menjadikan media sosial seperti Facebook, Instagram dan media sosial lainnya sebagai sumber berita. Melalui media sosial, setiap pengguna dapat dengan mudah membagikan berita.

Hasil studi yang dilakukan oleh Media Insight Project, penelitian gabungan dari The American Press Institute dan The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research,pada tahun 2015 menemukan bahwa saat mencapai usia 18 tahun, sekitar 88 % generasi millennial akan mendapatkan berita dari media sosial. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Pew Research Study pada tahun 2016, sekitar 44% orang dewasa menjadikan media sosial sebagai sumber informasi atau berita.

Merujuk kepada hasil temuan tersebut, sangatlah penting untuk mengedukasi anak, keluarga, dan kolega untuk mengenali berita hoax. Hal ini bisa menghindari penyebaran berita hoax, khususnya lewat media sosial.

Pat Winters Lauro, seorang professor dari Kean University di New Jersey, menyarankan agar semua anak dibekali dengan keahlian membaca dan melihat berita secara kritis. Menurut dia, pendidikan merupakan satu-satunya cara memecahkan masalah berita hoax. Para guru, mulai dari sekolah dasar hingga universitas, dapat mengajarkan siswa cara membedakan berita faktual dan berita hoax. Guru bisa mengarahkan siswa agar bersikap kritis dalam mengenali kedua berita tersebut.

NPR Ed,organisasi media yang bertugas sebagai sindikasi bagi radio penyiaran publik di Amerika Serikat, mengundang para pendidik untuk berbagi cara dalam mengajarkan berita hoax dan literasi media. Berikut empat dari beberapa cara yang berhasil dikumpulkan oleh NPR Ed:

  • Melalui media permainan "Simon Says"

Bedley, seorang guru kelas lima sekolah dasar di Plaza Vista School di Irvine, California, memodifikasi permainan "Simon Says" dalam mengajarkan berita hoax. Ia menggunakan dua kata ajaib " Simon Says" untuk memutuskan apakah sebuah berita merupakan berita faktual atau hoax.

Ia memulai permainan dengan mengirimkan sebuah berita lewat email kepada siswanya. Siswa membaca berita di laptop masing-masing. Ia meminta siswa yang merasa artikel itu salah, berdiri. Siswa yang mempercayai kebenaran berita tetap duduk di kursi masing-masing.

Sebelum memulai permainan, Bedley sudah mengajarkan tujuh panduan penting yang bisa menjadi pegangan siswa saat menelusuri kebenaran sebuah berita. Berikut tujuh hal yang harus diperhatikan siswa:

  • Apakah kamu mengetahui sumber berita, apakah berita dipublikasikan oleh sumber yang sudah terpercaya? Seperti National Geographic, Discovery, dan lain-lain.
  • Bagaimana isi berita dibandingkan dengan apa yang sudah kamu ketahui?
  • Apakah informasi yang disampaikan masuk akal? Apakah kamu memahami informasi yang disampaikan?
  • Bisakah kamu memverifikasi bahwa informasi yang disampaikan senada dengan tiga atau lebih sumber berita lain yang sudah terpercaya?
  • Apakah tulisan didukung oleh pernyataan orang yang ahli di bidangnya?
  • Seberapa baru informasi tersebut?
  • Apakah berita mempunyai hak cipta?
  • Modifikasi sederhana

Bedley bekerjasama dengan Todd Flory dari Wheatland Elementary School di Wichita melakukan tantangan berita hoax lewat Skype. Siswa kelas 4 yang diajar oleh Flory diminta memilih dua berita faktual dan menulis satu berita hoax. Kemudian, mereka mempresentasikan ketiga berita tersebut lewat skypekepada kelas Bedley di California.

Siswa Bedley diberi waktu empat menit untuk melakukan penelitian lebih jauh terkait presentasi berita yang disampaikan. Selanjutnya, mereka diminta memilih satu berita hoax dari tiga berita yang diberikan. Mereka harus menjelaskan mengapa mereka berpikir kalau berita tersebut hanya hoax belaka.

  • Berikan contoh berita hoax

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun