Mohon tunggu...
ika purwanti
ika purwanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas airlangga

hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rokokmu Mengancam Anakmu : Bahaya Tersembunyi Yang Harus Diketahui

7 Januari 2025   18:07 Diperbarui: 7 Januari 2025   18:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rokok Mengancam Anak

Oleh                : Ika Purwanti Cristiana Putri

Profil Penulis   : Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Ruang bebas asap rokok semakin sulit ditemukan dan menjadi salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat di Indonesia. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang. Kebiasaan merokok yang kurang memedulikan lingkungan sekitar menjadikan anak-anak sebagai perokok pasif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, 40 persen anak di dunia menjadi perokok pasif. Sementara Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa sekitar 43 juta anak terpapar asap rokok dari orang lain, termasuk 11,4 juta yang berusia antara 0 dan 4 tahun, sering kali di tempat-tempat seperti taman bermain, dan transportasi umum.

Akun Tiktok @nadineafsheeraalwahdi membagikan video dan menambahkan keterangan ''Yang ayahnya perokok berat hati-hati ya, jaga kebersihan. Buat ayahnya cuci tangan, sikat gigi, ganti baju setelah ngerokok baru bisa gendong anaknya.'' Di unggahannya, ibu ini mengingatkan agar para ayah yang merokok menjaga kebersihan diri sebelum menggendong anaknya sehingga hal serupa dapat dihindari.

Akun Tiktok @IG: Racunriki juga membagikan video dengan keterangan ''Plis buat yang merokok jangan dekat anak anak, Broncopneumonia jahat banget #broncopneumonia hati hati ya bunda bunda dan ayah ayah nih''. Dalam unggahanya, akun Tiktok @urlove.ALDA memberikan komentar ''adeknya sama kayak ponakan aku, ponakan aku umur 1 tahun setengah pernah ngalamin kayak adiknya, padahal papa nya (abang aku) gak ngerokok sama sekali. Tapi banyak orang2 sekitar yang ngerokok''.

Peristiwa itu sungguh ironis. Artinya, terpaparnya anak-anak atas asap dan residu rokok sering terjadi di keseharian masyarakat. Dengan itu, ada banyak anak-anak yang harus menanggung racun dari rokok yang tidak diisapnya sendiri. Ironisnya, bahaya ini datang dari lingkungan terdekat mereka. Merokok adalah sebuah kebiasaan yang sulit untuk dihentikan, namun bukan berarti tidak bisa dihentikan. Rokok memberikan dampak bagi perokok aktif ataupun mereka yang tidak merokok (perokok pasif). Meskipun demikian, dampak rokok pada anak-anak sering kali kurang mendapat perhatian. Paparan asap rokok pada anak patut menjadi keprihatinan semua pihak. Kebanyakan anak-anak menjadi second-hand smoker (terpapar asap rokok langsung dari orang yang merokok) ataupun third-hand smoker (paparan tidak langsung bisa melalui residu asap rokok).

Anak-anak yang terpapar asap rokok orang tua atau anggota keluarga lainnya menjadi perokok pasif, dan sayangnya banyak orang tua yang tidak menyadari sejauh mana kebiasaan mereka membahayakan anak-anak. Paparan ini bisa terjadi dirumah, mobil, atau bahkan di tempat-tempat umum yang tidak memiliki aturan larangan merokok. Ada juga istilah third-hand smoker atau bahaya tersembunyi, ini merujuk pada residu asap rokok yang menempel di permukaan benda-benda seperti dinding, karpet, pakaian,  perabotan rumah, bahkan di rambut. Meski asap rokok telah lama hilang, zat-zat kimia berbahaya yang tertinggal bisa tetap aktif dan terus terhirup atau tersentuh oleh anak-anak.

Sebanyak 8 persen responden perokok membuka jendela rumah atau mobil agar sirkulasi udara lebih lancar. 5,3 persen responden juga membuang abu dan puntung rokok langsung ke tempat sampah agar sisa-sisa abu tidak berserakan. Namun hanya 0,6 persen responden yang mengganti pakaian setelah merokok dan sebelum bertemu anak-anak. Banyak orang menganggap bahwa merokok di ruangan terpisah dan terbuka atau dengan membuka jendela dapat mengurangi risiko bagi anak. Namun, fakta menunjukkan bahwa racun dalam asap rokok tetap ada di udara, dan anak-anak masih dapat terpapar.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak, terutama bayi yang sering beraktivitas di lantai dan menyentuh berbagai permukaan, memiliki risiko lebih tinggi terkena dampak dari third-hand smoker. Zat kimia dari asap rokok yang tertinggal dapat meresap melalui kulit atau masuk ke sistem pernapasan anak yang belum berkembang dengan sempurna, sehingga lebih rentan terhadap paparan-paparan zat tersebut. Anak-anak tersebut memiliki risiko lebih tinggi terkena asma, bronchitis, pneumonia, dan infeksi saluran pernapasan lainnya.

Paparan asap rokok pada anak-anak tidak hanya berdampak langsung pada kesehatan fisik mereka, tetapi juga dapat memengaruhi perkembangan mental dan emosional. Anak-anak yang sering terpapar asap rokok cenderung mengalami gangguan konsentrasi dan penurunan kemampuan kognitif. Sebuah studi menemukan bahwa paparan nikotin sejak usia dini dapat memengaruhi perkembangan otak, sehingga meningkatkan risiko masalah belajar dan perilaku. Selain itu, anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan kebiasaan merokok juga lebih mungkin mengembangkan persepsi yang salah bahwa merokok adalah hal yang wajar, sehingga mereka berpotensi menjadi perokok di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun