"'Ya Bibik kan bisa mengatakan bahwa tamu kita itu keluargaku sendiri, sesuai dengan kenyataan!'" ("Mbak Titik":61).
Meskipun Titik menolak istilah kumpul kebo itu, di akhir cerita ia dan Danu melakukan cumbu dan aktivitas seksual bersama. Hal ini jadi tidak jelas tujuan kedua hal itu dijelaskan dalam cerita.
Meski novel romansa ini tergolong ringan, sebaiknya dibaca oleh pembaca yang cukup dewasa. Bahasanya sopan dan mudah dimengerti membuat novel "Mbak Titik" tidak memerlukan begitu banyak imajinasi dan interpretasi. Penokohan ditunjukkan secara jelas baik melalui percakapan langsung maupun deskripsi perspektif orang ketiga. Konsep cerita yang disampaikan cukup jelas, ditunjukkan dari aksi tokoh dan alur cerita.
Walau demikian, topik yang dibawa dalam buku ini akan membingungkan apabila tidak paham mengenai kehidupan orang dewasa, tentang bagaimana tekanan psikologis dan ekonomi, stigma terhadap kaum janda, dan lainnya. Selain itu juga banyak tokoh yang kurang relevan dan juga tidak menambah esensi pada cerita, antara lain adalah Pak Purbaya, atasan Titik yang menggodanya. Tokoh dengan sifat yang sama sudah ditunjukkan dalam tokoh Pak Ardi dan Pak Bambang. Beberapa kesalahan penulisan yang tidak sesuai EYD dapat ditemukan seperti "privacy" (privasi), "type" (tipe), "teve" (televisi atau TV), dan lainnya. Lebih lanjut lagi, pesan yang ingin diungkap dalam cerita karena pesan yang abu-abu sehingga kurang memberikan kesan ketika selesai membaca.
Konsep cerita yang menarik dengan mengangkat isu asumsi, khususnya terhadap kaum janda---status aib yang masih menimbulkan stereotip negatif---, persaudaraan, dan cinta terlarang, membuat buku ini unik dan jadikan novel ini bukan romansa belaka.
(my)