Pada pemilu 2019 lalu saja jumlah partai yang berhasil diverifikasi ada 14 partai dan sekitar 5 diantaranya partai Islam. Itu saja belum dihitung dengan partai yang tidak bisa ikut pemilu 2019 lalu (Kompas, 17/02/2018).
Lalu dengan membuka romantisme masa lalu dengan mengusung nama Masyumi apa akan berpengaruh pada keikutsertaan partai ini nantinya pada Pemilu 2024 ? Kemudian dengan mengusung nama Masyumi apakah akan berpengaruh pada jumlah pemilih Muslim yang memilih partai Islam?
 Sekarang kita lihat dari perspektif sejarah lagi terutama buat yang senang sama masa lalu sampai tidak bisa move on. Faktanya dari pemilu 1955 hingga 2019 lalu partai Islam sama sekali tidak bisa jadi pemenang di negara yang katanya mayoritas Muslim ini.
Memang perlu diakui Masyumi pada pemilu 1955 berhasil jadi runner up dengan perolehan suara sebesar 21 persen seperti yang saya sebutkan diawal. Mungkin penerusnya yakni PPP bisa melanjutkan hal itu pada pemilu 1982 dengan perolehan suara sekitar 27 persen. Sayangnya setelah pemilu 1982 itu terutama pada masa orba partai Islam tidak pernah bisa meraup suara lebih dari 20 persen (Hamdan, 2003:41-44).
Pasca reformasi memang ada kecenderungan peningkatan suara pada partai Islam. Pasca pemilu 2014 partai Islam bisa meraup suara sebesar 31 persen. Angka tersebut memang lebih kecil dibandingkan pemilu 1999 dan 2004, namun mengalamin peningkatan dari pemilu 2009 (Tirto, 1/03/2018). Sangat disayangkan pada pemilu 2019 hasilnya turun lagi pada angka sebesar 30 persen (Kompas, 21/05/2019).
Suara sebesar angka-angka itu sebenarnya tidak diperuntukkan untuk satu atau dua partai seperti pada pemilu 1955 ataupun pemilu semasa orde baru. Perolehan suara itu otomatis terbagi, terutama pada pemilu 2019 dengan jumlah partai Islam yang mengikuti kontestasi ini sebanyak lima partai.
Bisa dibayangkan apabila Masyumi reborn nantinya dapat mengikuti pemilu 2024 dan apabila bersaing melawan lima partai peserta pemilu 2019 ini. Dengan persaingan yang ketat ini otomatis suara umat akan terpecah.Â
Dengan terpecahnya suara umat itu, agak pesimis memang partai Islam dapat mengalahkan partai dengan asas lain. Bukannya menang malah nantinya saling mengangkangi antar partai Islam.
Memang Jeffry Ahmad Kurniadi selaku panitia pembentukan Masyumi Reborn tersebut secara tidak langsung mengatakan akan bersaing dengan partai lain terutama partai Islam karena nantinya partai ini akan mengakomodasi umat Islam dari partai yang ada sekarang (Republika, 07/03/2020).
Oke kalau memang ingin mengakomodir umat Islam yang lain, tapi kok jatuhnya malah nanti semakin menonjolkan dan memperkuat politik identitas. Dengan upaya penonjolan politik identitas baik langsung ataupun tidak semakin pesimis Masyumi Reborn dapat dilirik masyarakat nantinya.Â
Kalau kita tarik lagi ke belakang kenapa Masyumi di masa lalu sulit hidup lagi setelah pembubaran karena pemimpinnya terperangkap dalam sikap yang kaku, hampir dogmatis, dalam pertimbangan-pertimbangan praktis (Gaus, 2010:50).Â