Mohon tunggu...
Ikang Maulana
Ikang Maulana Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Mahasiswa FISIP Undip Semarang yang tengah berusaha membangun budaya literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agenda Umat Islam Saat Ini dalam Pusaran Toleransi dan Pluralisme

5 Agustus 2018   19:08 Diperbarui: 5 Agustus 2018   19:50 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Cendekiawan Muslim Dalam Masalah Pluralisme

Masalah Intoleransi saat itu membuat kesulitan baru terutama dalam meyakinkan Umat Islam bahwa Indonesia merupakan masyarakat plural, dengan adanya masalah seperti itu tak pelak membuat minoritas akan bergerak semakin agresif. Adanya minoritas yang agresif seperti itu disebabkan karena adanya ancaman mayoritas yang sulit diterima. Tanpa agresivitas itu tentulah pluralisasi dapat termasuk dalam amar ma'ruf.

Menurut Kuntowijoyo dalam buku Muslim Tanpa Masjid cendekiawan hanya bisa mengharapkan supaya struktur membuat "aturan main" yang efektif, supaya pluralisme itu sungguh-sungguh berjalan. Kecurigaan terhadap mayoritas dan agresivitas antaragama perlu dilenyapkan. Diharapkan bahwa ada political will untuk memutuskan lingkaran setan kecurigaan dan agresivitas serta membuat pluralisme itu terjadi. Yang diperlukan dalam masyarakat adalah dialog terbuka dan kerukunan antariman, agar secara nasional pun manajemen yang rasional dapat berlaku.

Selain itu perlu juga dikembangkan pluralisme positif dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia. Kuntowijoyo menggunakan istilah yang berbeda ketika membuat tipologi pluralisme, yakni pluralisme negatif dan pluralisme positif. Istilah pluralisme negatif digunakan untuk menunjukkan sikap keberagamaan seseorang yang sangat ekstrim ketika, misalnya, mengatakan bahwa beragama itu ibarat memakai baju sehingga ia dapat mengganti kapan saja.

Jadi terdapat pengakuan bahwa ada banyak agama. Secara prinsip pernyataan ini memang sesuai realitas. Tetapi dengan menyatakan bahwa perpindahan agama (konversi) itu wajar terjadi, semudah orang mengganti baju, tentu merupakan hal yang dapat menimbulkan kontroversi. Pluralisme akan disebut negatif jika berargumentasi bahwa orang tidak perlu memegang teguh keyakinan agamanya.

Pluralisme positif merupakan sikap keberagamaan yang sangat mengedepankan penghormatan dan penghargaan terhadap pendapat, pilihan hidup, dan keyakinan keagamaan. Ketika menjelaskan makna pluralisme positif, Kuntowijoyo banyak menyontohkan pengalamannya pada saat belajar di luar negeri. Misalnya, ketika ada pengumuman pesta bir, maka ia datang dengan membawa coca cola.

Kalau ada temannya yang ketagihan bir di apartemennya maka ia dapat mengantar ke warung. Bahkan ketika ditanyakan apakah kulkas miliknya dapat digunakan untuk menyimpan bir, ia pun menjawab boleh asal dirinya tidak disuruh minum bir. Amerika yang relijius memberikan tempat bagi perkembangan pluralisme postif.

Dalam masalah pluralisme ini seyogyanya perlu pembinaan toleransi secara berkala. Mengutip Ahmad Wahib, pembinaan toleransi dapat dilakukan dengan beberapa cara : pertama, ulama dan para pemikir Islam perlu mencari rumusan-rumusan pemahaman Islam yang lebih universal untuk lebih dekat pada kehendak-kehendak Tuhan yang universal.

Kedua, para pemimpin dan mubaligh Islam harus banyak merenung dan berfikir agar khotbah atau pidato-pidatonya terlepas dari sloganisme sehingga umat dapat berfikir lebih tenang. Ketiga, Umat Islam harus berlatih memandang manusia lain yang berbeda faham dengan penuh hormat dan kasih. Keempat, para pemimpin penganut agama lain perlu menyadari, bahwa penambahan jumlah penganut bukanlah tujuan agama itu sendiri. 

Kelima, para sosiolog dan "social engineer" harus mencari jalan untuk secepatnya melenyapkan masalah sosiologis yang semakin menambah intoleransi. Keenam, pemerintah dituntut untuk berjiwa besar dalam menghadapi golongan Islam yang karena tradisi sejarahnya selama berabad-abad telah membawa mereka pada sikap oposan pada setiap bentuk kekuasaan di luar tangan mereka.

Agenda Umat Islam dalam Perubahan Sistem Pengetahuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun