Mohon tunggu...
Cita Utami
Cita Utami Mohon Tunggu... -

saya menulis untuk melihat seberapa jauh proses belajar saya, untuk membandingkan seberapa jauh saya telah berkembang dalam hidup ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Euforia Berita yang Menjadi Petaka

18 Februari 2010   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:52 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

setiap kali nonton televisi, ada suatu fenomena unik yang menarik perhatianku. pada suatu waktu, selalu saja ada 1 topik berita yang menjadi porsi utama dari segala berita di televisi, yang akan habis-habisan diliput entah oleh acara berita, acara bincang-bincang, hingga acara yang disebut sebagai infotaiment. sebut dari masalah cicak-buaya di panggung politik negara kita, hingga ke edisi khusus drama mereka yang mengaku wakil rakyat untuk membahas suatu bank yang diselamatkan dari kebangkrutan, seorang penyanyi utama dari sebuah band yang tertangkap polisi karena kasus narkoba, ampe kisah bayi yang mengalami gangguan hati. ya selalu saja ada 1 topik yang dibahas secara berlebihan pada waktu yang bersamaan oleh hampir semua stasiun televisi.
ketika melihat berita-berita itu secara maraton, aku selalu menempatkan diriku sebagai penonton. bahwa segala hal yang diliput oleh berita itu adalah jauh dariku. ya seperti menonton sebuah sinetron, hanya pengaturan kameranya saja yang kurang mulus. aku menikmati tontonan itu, dan tidak pernah merasa bahwa isi dari berita-berita itu dapat mempengaruhi pikiran maupun kehidupan aku.
aku salah.
pengaruh media rupanya begitu mengerikan. begitu mudah untuk membentuk suatu opini publik dalam waktu singkat, tanpa memberi toleransi kepada publik itu sendiri untuk belajar di luar konten berita yang tersajikan padanya. dan inilah pengalamanku menghadapi hebatnya pengaruh media pada kehidupan kita manusia penikmat berita media.
salah satu berita yang cukup gencar pemberitaannya adalah tentang kasus penculikan para remaja perempuan oleh seseorang yang baru mereka kenal lewat situs jejaring sosial bernama Facebook. aku tidak begitu mengikuti kasus ini. aku hanya tahu bahwa kasus penculikannya sudah menimpa beberapa orang. modusnya sama: berkenalan lewat Facebook, terus chatting, terus ketemuan, ilang dagh... dan juga korbannya sama. remaja wanita muda bergaya. infotaiment cukup gencar membahas kasus ini, dengan membuat segmen wawancara dengan beberapa selebriti yang usianya remaja atau memiliki anak remaja. yah,,, wawancara dengan konten seadanya, mengandalkan intimidasi presenternya, dan penyajian gambar yang sama berulang-ulang...
reaksi pertamaku ketika melihat berita ini adalah,,, whaaaaatttsoooooeeevveeeerrrrrrr....
*mengutip status teman
haHaha,,, ya fenomena ini sebenarnya udah ada sejak lama. hanya berubah bentuk saja. dulu mungkin kenalan gitu aja di jalan, menginjak ke telepon, pindah chatting waktu jaman jaya-jayanya mirc, sekarang di Facebook. tapi kenapa yang kali ini jadi sangat heboh yak??
itu seh tidak terlalu aku pikirkan...
hingga,,,
aku menerima pesan dari sepupuku yang menyalurkan pesan dari eyangku yang intinya adalah untuk memberitahu kepada adekku untuk tidak "berperilaku tidak pantas" di Facebook. jadi ternyata karena heboh berita penculikan karena Facebook itu eyang lalu meminta sepupuku untuk diperlihatkan isi Facebook-ku dan adek. dan di Facebook adek, eyang membaca wall-to-wall antara adek dengan sang pacar. yah,,, tipikal isi wall antara pasangan yang sedang dimabuk asmara. wajar. tapi rupanya tidak menurut eyang. eyang sangat marah. hingga puncaknya menelepon mama dengan kurang sopan mengatakan bahwa mama kurang bisa mendidik anaknya untuk bisa bersikap. jelas saja mama merasa terpojok hingga akhirnya marah juga kepada adek. dan cerita selanjutnya sudah bisa ditebak: terjadilah pertengkaran keluarga.
hadow...T___T'
setelah badai itu berlalu dan kami semua bisa duduk bersantai untuk membahasnya, kami baru menyadari bahwa sebenarnya yang menjadi masalah adalah pemberitaan di televisi yang menimbulkan kekhawatiran tersendiri. tapi berita itu hanya ditelan mentah-mentah, tidak melihat perkembangan fenomena yang sebenarnya ada. ya contoh eyangku itu. mungkin pada jamannya dulu memperlihatkan kata-kata mesra di media publik adalah sesuatu yang tabu. tapi jaman berubah, dan teknologi memusnahkan ketabuan itu, dan generasi pengguna teknologi kini tidak memahami bahwa ada masa di mana hal yang kini mereka anggap wajar adalah tabu di masa sebelumnya. namun media seakan menenggelamkan perbedaan ini, menyatukan opini publik dalam satu opini: opini bentukan media: bahwa Facebook dapat menjerumuskan. bentrokan ini mereka samarkan, dan hasilnya muncul sendiri di masyarakat.
haHaha
lucu...
entah sampai kapan masyarakat akan terus tergiring opininya oleh media. aku yang menyadari fenomena ini pun sadar diri bahwa aku pun suka terbawa.
jadi,,, berita berikutnya apa??

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun