Pertama kali tahu film Nussa adalah saat beberapa tahun lalu film religi berbentuk animasi ini diputar dalam bentuk serial di sebuah stasiun televisi. Film ini menceritakan seorang anak laki-laki bernama Nussa yang memiliki kaki bionik.
Film ini disebut film religi karena sarat akan muatan ajaran Islam yang diselipkan dalam cerita Nussa saat ia beraktivitas dengan keluarga atau teman-temannya. Sehingga menurut saya, film ini jadi tayangan yang pas untuk disaksikan anak-anak.
Nah dalam tulisan saya kali ini, ada beberapa hal yang saya lihat tentang film Nussa dari sudut pandang saya sebagai seorang ibu yang merasa tidak sempurna.
- Tak ada ibu yang benar-benar sempurna
Sejujurnya, satu tokoh yang paling saya suka dari film Nussa adalah tokoh Umma. Umma ini adalah panggilan ibu bagi Nussa untuk ibunya.
Umma ini digambarkan sebagai seorang ibu yang lemah lembut, sayang pada anak-anaknya. Tidak pernah berkata-kata dengan nada tinggi. Intinya, sosok ibu yang terllihat sangat ideal!
Sewaktu melihat tokoh Umma dalam film Nussa, saya pikir, ya ampun, andai saya bisa seperti Umma. Karena kondisi yang saya rasakan sungguh berkebalikan 180 derajat antara saya dengan Umma.
Namun ternyata ada satu episode di mana tokoh Umma digambarkan sebagai sosok ibu yang punya sisi manusia biasa. Suatu ketika, ada sebuah cerita di mana Umma pernah merasa sedih dan menyesal dengan hadirnya Nussa yang difabel sejak lahir.
Di titik cerita ini barulah saya sadar, walau bagaimanapun terlihat sempurnanya seorang ibu, ia tetaplah manusia biasa. Akan ada satu sisi di mana seorang ibu pun punya sisi kelemahannya. Namun tugas ibu adalah terus berusaha untuk menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anaknya.
- Belajar ikhlas dari anak-anak