Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengantisipasi Anak Memilih Childfree di Kemudian Hari karena Inner Child

11 Februari 2023   10:30 Diperbarui: 12 Februari 2023   04:15 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Childfree banyak dipilih oleh pasangan muda (Freepik/atlascompany)

Berjalan Bersama Anak untuk Menyembuhkan Inner Child

Membaca hasil wawancara Gitasav serta beberapa alasan orang-orang yang memilih childfree karena alasan inner child membuat saya malah bertanya pada diri sendiri, "Akankah saya menurunkan inner child yang malah nanti membuat anak saya memutuskan childfree?'

Ya, sebagai seorang ibu, jujur, saya akan merasa sangat bersalah jikalau anak saya kelak sampai memilih untuk memutuskan childfree karena alasan inner child yang didapatkan dari saya.

Meski saya akui hingga sekarang masih memiliki inner child, namun ada beberapa hal yang menjadi proses psikis hingga metode pengasuhan yang saya berikut suami lakukan pada anak-anak. Terutama, jika itu menyangkut antisipasi kelak agar anak terhindar dari keputusan childfree.

1. Penguatan pemahaman agama

Bagaimanapun zamannya, sebetulnya tak akan ada yang berubah jika itu menyangkut keyakinan atau agama. 

Bagi keluarga saya sendiri yang menganut Islam, memiliki keturunan adalah sebuah proses yang memang sewajarnya ada. Bukan berupa keputusan memilih punya atau tidak punya anak.

Mengarahkan keputusan memiliki anak agar nanti menjadi keputusan anak di masa depan tentunya tidak diturunkan dalam bentuk dogma. Ada pemahaman yang menyertainya.

2. Kesadaran untuk tidak menyalahkan orang tua

Saya akui, saya pernah ada di titik menyalahkan sikap orang tua atas inner child yang saya miliki. Namun di kemudian hari saya sadar, bahkan kasihan saat melihat orang tua jadi harus mewariskan inner childnya pada saya.

Saat merasa inner child saya sedang keluar, sekuat mungkin saya menyadari, ini salah saya yang belum bisa mengontrol diri sendiri. Bukan salah warisan dari orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun