Tapi tetap saja, saya dan beberapa guru apalagi yang lajang dan tinggal di rumah dinas harus tetap ikut mengawasi anak-anak selepas jam sekolah. Misalnya ikut mengawasi waktu ibadah atau jam makan anak.
Hampir minim waktu untuk diri sendiri
Buat saya yang punya karakter introvert, waktu untuk diri sendiri ibaratnya sebagai waktu untuk mengisi baterai energi. Karena bertemu orang banyak kerap menguras energi orang introvert.Â
Sementara itu jika dibandingkan dengan cerita yang sudah saya sampaikan di poin nomor satu, bisa ditebak, waktu untuk diri sendiri itu sangatlah kurang.
Sering saya sampai merasa kelelahan. Bahkan saat datang bulan saja sampai harus muntah-muntah. Karena pada dasarnya kebutuhan psikis saya sebagai introvert kurang terpenuhi.
Hiburannya hanya bercanda dengan murid
Sebetulnya bisa saja saya menghabiskan waktu dengan internet untuk mengisi waktu luang. Namun terkadang itu pun membosankan.
Jadilah terkadang saya dan teman satu rumah dinas akhirnya main ke asrama. Terkadang sampai nongkrong, ngobrol, dan bergosip dengan anak-anak ABG yang usianya menjelang 17 tahun.
Sampai-sampai selama mengajar di sana, tabungan ide menulis cerita anak dan remaja menjadi berlimpah ruah. Kerap saya kirim ke majalah hingga dimuat. Dan, itulah ujung dari hiburan saya selama mengajar di sekolah berasrama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H