Bisa dibilang, profesi saya yang ke tiga waktu itu sangat jauh berseberangan dengan profesi sebelumnya.
Saat jadi dosen di Batam, ketemunya dengan mahasiswa. Apalagi usianya hanya terpaut beberapa tahun saja.Â
Lalu saat balik ke Lamongan, saya malah mendapat kesempatan menjadi kepala sekolah sebuah taman penitipan anak. Siswanya, anak-anak berusia bayi hingga lima tahun!
Hal terekstrim dari dua profesi tersebut, antara menjadi dosen dengan menjadi guru taman penitipan anak adalah masalah komunikasi. Dengan mahasiswa, saya bisa bicara seperti dengan laiknya orang dengan usia yang sama. Sedangkan dengan balita, harus banyak berpikir dulu sebelum berkata atau bertindak.
Beberapa hal unik yang saya alami saat menjadi guru taman penitipan anak adalah sebagai berikut.
Lajang yang harus menjadi orang tua untuk banyak anak
Saat menjalani profesi menjadi guru taman penitipan anak, status saya saat itu masih melajang. Tidak ada pengalaman sama sekali untuk mengasuh anak kecil. Modal saya hanyalah ilmu pendidikan dari bangku kuliah.
Awalnya saya kira tugas kerja mengajar anak usia dini itu ya sekedar mengajar. Nyatanya, lebih dari itu.
Saya bisa harus ada untuk melerai anak kecil yang berkelahi, mengobati anak jatuh atau menjaga anak sakit, menstimulus tumbuh kembang anak bayi, dan yang lainnya.
Terima kasih sebesar-besarnya untuk Google, teman yang selalu jadi tempat saya bertanya. Karena dari internet lah, ilmu saya untuk menghadapi anak balita bisa bertambah.