Mohon tunggu...
IKAMATUL WASILA
IKAMATUL WASILA Mohon Tunggu... Apoteker - Ankes

Mahasiswa unusa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Kisah

30 November 2020   12:24 Diperbarui: 30 November 2020   12:49 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

kita tidak harus belajar dari kesalahan diri sendiri lantas baru akan berubah,kita juga bisa belajar dari kesalahan orang lain,pengalaman orang lain untuk membuat sebuah perubahan,itu dawuh dari guruku,bu nyaiku,ibuku,my role model.

ini tentang kami,tentang rasanya lelah lantas dibalas dengan lillah,rasa sabar lantas dibalas dengan ketenangan hati,rasannya terus berjuang tetapi hati tak seimbang lantas dibalas sebuah pencapaian. mewakili suara hati para pejuang tamaman salasina juz'an selama 4 tahun terakhir,kami pernah menangis lantas berkata aku  ingin berhenti berjuang,kenapa bisa sesulit ini!,bukan !,bukan kami menyesal telah memilih jalan ini,tetapi kami menyesal pada diri kami sendiri,kami membenci diri sendiri,tetapi kami kembali meyakinkah hati memantapkan pilihan,lantas berkata sesuatu yang sudah kami pilih maka kami harus menyelaisaikan dan mempertanggung jawabkannya,dengan langka yang terpatah-patah kami kembali dengan keyakinan yg lebih besar dengan tujuan yang sama,kami melangkahi kerikil-kerikil, bebatuan dengan jalan yang berliku-likuk.

bahkan jika kami harus merangkak kami akan melakukannya karena itu untuk sebuah tujuan yang mulia,kisah kami tidak semulus yang orang-orang bayangkan diluar sana,disetiap pencapaian dan keberhasilan kami  juga hadir tangisan yang memilukan,dan seseorang yang paling berperan dalam semuanya adalah beliau,yang selalu memberikan semangat,motivasi,bahkan beliau sering berkata jika kalian tidak sanggup nyai tidak akan membimbing kalian tetapi nyai akan menggandeng,menuntun bahkan merangkul kalian.

lantas bagaimana kami bisa menyerah semudah itu.dan saat kami sudah mencapai puncaknya tangisan juga mendominasi kami entah itu tangisan kebahagiaan dan tangisan perpisahan,tetapi itu bukan benar-benar puncak dari semuanya,dari awal kami sudah tau bahwa itu bukanlah akhir dari semuanya ,menghafal lalu khatam itu benar-benar bukan tujuan kami,menjaga,mengingat,mempertahankan dan melanyahkan hafalan adalah tujuan kami,dan kalian harus tau kisah kami tidak akan pernah benar-benar berakhir sampai kapanpun.ini kisah kami,kisah sang pujuang,penghafal ayat-ayat NYA#penghafalal-qur'an.

hanya orang-orang tertentu yang bisa menghafal kalamNYA dan kalian termasuk orang-orang yang beruntung bisan menghafal al-qur'an,kelak diakhirat kalian akan memberikan sepasang mahkota untuk kedua orang tua kalian,dan didunia kalian diistimewakan dari yang lain.TAPI jangan lupa al-quran juga bisa memberikan laknatnya kepada mereka yang sengaja melupakan,intinya al-qur'an bisa memberikan hidayah dan laknat-itu dawuh bu nyaiku my role model.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun