Mohon tunggu...
Ika Lutfia Fitriani
Ika Lutfia Fitriani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bangkitlah apapun keadaannya.. Karena kesuksesan itu berawal dari kegagalan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentang Rosya Mawaddah Susanto

23 Februari 2022   21:29 Diperbarui: 24 Februari 2022   11:22 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rosya Mawaddah Susanto

Rosya Mawaddah Susanto, biasa dipanggil Rosya, ia berasal dari Madiun yang terkenal dengan sebutan Kampung Pesilat. Rosya adalah temanku di kelas maupun di kamar asrama. Pertama kali aku masuk kuliah, kuliah dilaksanakan secara daring. Perkenalan pertama kami dimulai pada saat aku mengirim pesan kepada Rosya untuk menanyakan tugas yang diberikan oleh ibu dosen, sejak saat itu aku dan Rosya pun sering bekerjasama untuk membahas tugas dari dosen.

Seiring berjalannya waktu, tibalah saatnya kampus kami mengadakan pembelajaran secara luring,pada akhirnya akupun harus pergi ke kota dimana kampus ku terletak disana, pada saat itu aku sangat Bahagia dikarenakan aku dapat bertemu secara face to face dengan teman-temanku. Aku tiba di asrama pada 01 November pada hari Senin pukul 11 siang, dan ternyata Rosya pun juga memiliki waktu keberangkatan yang sama dengan ku.  

Setelah aku tiba di asrama ku, dan aku mulai menata baju, tak lama kemudian Rosya pun datang, ia membawa barang yang sangat banyak sekali, ia membawa I buah koper, 1 tas ransel, 1 tas carir ukuran 7 liter dan juga membawa ember. Kesan pertamaku melihat dia, dia adalah sosok yang pendiam, dia ribet, dan dia cuek. Saat tiba di kamar dia langsung membuka kopernya dan mulai menata barang-barangnya di almari, dan aku terkejut melihatnya, dia membawa baju yang sangat banyak dan barang-barang lainnya, dalam hatiku berkata apakah dia mau pindah rumah?  

Belum selesai dia menata barang-barangnya, ia sudah mengeluarkan laptopnya dan dengan nada kebingungan bertanya kepada ku mengenai Bahasa Arab, dari sini aku semakin yakin bahwa Rosya adalah sosok anak yang ribet.

Waktu demi waktu terus berlalu, tiba saatnya aku memulai pembelajaran tatap muka. Aku dan Rosya bersiap-siap untuk berangkat ke kelas bersama, sebelum berangkat aku melakukan panggilan video dengan ibuku, tiba-tiba Rosya mendekatiku dan memperkenalkan dirinya kepada ibuku, akupun sempat terkejut dan berkata dalam hati bhawa dia tidak secuek yang aku kira. Setelah melakukan panggilan suara dengan ibuku, kami pun bergegas menuju kelas karena takut terlambat. Selama di perjalanan aku merasa canggung dengannya, karena ia terus saja diam.

Tanpa kami sadari, ternyata kami telah sampai di kelas, kamipun memilih tempat duduk yang berada di tengah, dan kami duduk bersebelahan. Jam pelajaran telah usai, dan kami keluar dari kelas kemudian kembali ke kamar untuk beristirahat.

Di kampus kami, tak hanya ada terdapat kuliah regular, tetapi juga terdapat kuliah Bahasa Arab yang dilaksanakan setiap sore pukul 14.00-16.30 WIB. Sebuah kebetulan yang sangat menguntungkan, aku dan Rosya berada di kelas yang bersebelahan, setiap hari kami selalu berangkat bersama. Seiring berjalannya waktu, aku semakin mengenal sosok Rosya.

Dulu aku mengenal Rosya sebagai anak yang ribet, pendiam, dan cuek. Ternyata ia adalah sosok anak yang mnegasikkan, penyabar, gampang tertawa karena hal yang lucu, dia juga baik hati dan ramah, dia juga menjadi partner terbaikku mengerjakan tugas, setiap ada tugas kami selalu bekerja sama, bahkan saat quis pun kita juga bekerjasama.

Beberapa waktu di asrama, aku merasakan bosan karena belum diperbolehkan untuk keluar dari area asrama dan area kampus dikarenakan isolasi, tetapi saat pembelajaran Bahasa Arab di sore hari, aku dan Rosya berencana untuk keluar dari kampus membeli jajanan di pinggir jalan, awalnya kami ragu untuk keluar kampus, tetapi kita memaksakan diri untuk keluar.

Akhirnya kita berhasil keluar dan membeli jajanan tetapi dengan hati yang sangat berdebar-debar. Setelah beberapa menit kami membeli jajanan, kemudian kita bergegas untuk Kembali ke asrama dengan Langkah yang cepat dan gugup karena ketakutan jika sampai ketahuan oleh pihak keamanan asrama. Tapi syukurlah, kita sampai di kamar asrama dengan selamat dan terbebas dari keamanan. Sesampainya di kamar kami pun bercerita kepada teman sekamar dan mereka merespon dengan respon yang biasa saja, setelah itu teman kamar kamipun sedikit demi sedikit mulai memberanikan diri untuk keluar kampus hanya untuk membeli jajajan di pinggir jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun