Yuke memilih jalan sunyi, hijrah meninggalkan ingar-bingar panggung hiburan yang telah membesarkan namanya di kancah musik rock. Dirinya kini menjalani hari-hari sebagai pendakwah, memberi tausiah dari satu pengajian ke pengajian lainnya. Bassist yang pernah menjadi additional player di group band Gong 2000 itu memantapkan hati untuk menjadi pegawai Allah.
Nama Yuke Sumeru mungkin akrab bagi pecinta musik rock di tahun ‘80. Ia dikenal sebagai jawara pemain bass kebanggan kota Bandung. Bukan cuma musik rock, ia pun lihai memainkan jazz. Bakat musik Yuke tersebut ditemukan oleh almarhum Harry Roesli. Yuke mengaku dicekoki piringan piringan hitam kolekasi Harry Roesli seperti Brand X dan Weather Report.
Pada paruh 1984-1985, Yuke mulai mondar-madir Jakarta-Bandung. Kesibukannya itu karena sebuah proyek bersama band Exit dan Indra Lesmana (keyboards), Gilang Ramadhan (drums), Dewa Budjana (gitar) dan Oding Nasution (gitar). Namun, justru ketika berada pada puncak kesibukkannya dalam bermusik itu, dirinya ditunjukkan sebuah kedamaian dengan memeluk islam.
“Saat itu saya kaget, ada salah seorang anggota band saya yang penampilannya jadi berubah, dia pakai jubah putih. Ketika saya bertanya apa sebabnya, dia tidak mau jawab. Saya malah dikenalkannya dengan seorang ustadz,” kenang Yuke.
Dari perkenalan itulah Yuke sedikit demi sedikit mulai belajar islam. Yuke mangaku tidak serta merta meninggalkan dunia hiburan. Melainkan tetap berjalan di antara keduanya, lalu menjauh setapak demi setapak. Butuh waktu cukup lama untuk bisa meninggalkan kebiasaan lamanya.
“Saya mulai belajar ngaji. Teman saya bilang, kalau saya ingin mengenal islam, saya harus mulai dari tidak meninggalkan shalat selama tiga hari berturut-turut, dan harus tepat waktu. Padahal waktu itu saya masih manggung, dan kalau habis manggung biasanya main ke bar, minum-minum. Pernah saya masih di dalam bar dan sudah masuk waktunya sholat subuh. Saya pergi cari mushola, pas nanya ke resepsionis, dia cuma bengong saja ngelihatin saya,” urainya.
Yuke mengaku baru total meninggalkan dunia hiburan dan gaya hidupnya yang lama, setelah berhaji ke Makkah. Ia berangkat haji dalam kondisi perokok berat dan peminum. Bahkan Yuke nekat ‘menyelundupkan’ enam slop rokok dan beberapa botol wine putih.
“Di depan Multazam, saya berdoa, ya Allah, umur saya sudah 40 tahun, saya mohon tempatkan saya di tempat yang Engkau sukai. Dan, saya ingin meninggalkan maksiat, tapi saya tidak tahu memulai dari mana. Setelah selesai berdoa, saya kembali ke hotel dan mencoba menghisap rokok yang saya bawa, tapi semuanya terasa basi. Saya juga menenggak wine, tapi baru mencium baunya saja rasanya saya mau muntah. Sejak saat itu saya berhenti merokok dan minum, dan saya semakin yakin atas jalan yang dipilihkan Allah,” terang Yuke.
Kalangan dhuafa
Setelah mantap berhijrah, Yuke mulai mendalami Alquran. Dirinya mendaftar sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ). Dalam kurun waktu tujuh tahun Yuke berhasil menghafal Alquran dan mendapatkan gelar masternya. Sebuah perjuangan yang tak mudah.