Mohon tunggu...
Ika Laila
Ika Laila Mohon Tunggu... Administrasi - meramu kisah

Perempuan biasa yang gemar menulis dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Langit Biru

13 Juli 2022   11:34 Diperbarui: 13 Juli 2022   11:37 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Perasaan jatuh   cinta itu, yang seperti apa si Dave?" Celetukku di sela menyeruput ice cream rasa Cokelat  kesukaanku.  Dia kelihatan kesulitan mencerna pertanyaanku, terlihat sekali dia seperti orang kebingungan.  Ia menarik napas, lalu menatapku dengan pandangan mata  meneduhkan seperti biasanya. "Kala, perasaan jatuh cinta  adalah dimana kamu merasa tidak perlu alasan untuk merasa bahagia ketika berada di dekatnya. Perasaan kebingungan harus bersikap seperti apa di depannya" jelas Dave dengan sangat pelan agar aku mengerti. Sambil berbalik badan dan memegang bahuku, ia berkata "kamu mengerti kan?". Aku mengangguk sambil tersenyum. Aku menoleh sekali lagi, "Emm tapi Dave kamu pernah bilang bahwa kamu tidak perlu alasan untuk merasa bahagia didekatku. Dan, kamu juga kebingungan untuk menjawab pertanyaanku tadi. Apa itu artinya kamu jatuh cinta dengaku? Ucapku kali ini tidak dengan menyeruput ice cream cokelatku, agar aku kelihatan serius. Dengan mata yang sedikit melebar, dia semakin gugup menatapku. "Kalaaaa, jangan mengada-ngada" jawabnya seperti meminta pemakluman. "hahahahha, aku bercanda Dave" jawabku dengan tawa yang tidak bisa lagi ku tahan, "Aku bercanda, mana mungkin kamu suka sama,kita ini hanya teman kerja kan?" jelasku kepadanya  yang masih tampak kesal denganku.

Dave adalah laki-laki yang sudah aku anggap seperti saudara, sahabat, dan teman baik. Dia tahu hampir semua yang ada pada diriku bahkan seringkali lebih tahu apa yang aku mau daripada diriku sendiri. Aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkanku orang seperti dia. Kami bertemu untuk pertamakalinya dalam acara pameran lukisan di Nol kilometer yogyakarta.  Dia bukan pelukis, sama denganku dia hanya seorang pengunjung biasa yang mencintai seni menggambar diatas kanvas. Percakapan pertamakali dimulai ketika aku menatap lukisan langit yang di lukis oleh satu pelukis dengan tatapan tajam.

"Suka langit, ya?" tanyanya membuyarkan lamunanku.

"Oh, iya. Langit itu luas dan aku harap hatiku bisa seluas langit biru itu" jawabku panjang lebar.

 "penulis ya? Bahasanya puitis" sahutnya.

 "Haha, bukan"

"kalau gitu, berarti kamu lagi galau ya?"

"bukan jugaa"

"gausah bohong, aku peramal. Aku ramal kamu  pasti lagi galau. Putus cinta ya?"

"Engaa, sok tahu banget"

"Perkenalkan, namaku Dave"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun