Mohon tunggu...
Ika Kartika
Ika Kartika Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang belajar menulis, mohon kritik dan sarannya :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja Tua

11 Agustus 2014   22:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:48 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1407743626331485217

[caption id="attachment_352336" align="aligncenter" width="700" caption="sumedangdailyphoto.com"][/caption]

Kepada senja yang semakin tua dilahap rakus oleh sang tuan waktu, tolong dengarkanlah jutaan kata pemberontakan yang selalu bersemayam dalam sang diam dengan lelehan lava sang mata yang begitu hangat menyapu seluruh permukaan sampul luar sang nona yang terlena oleh iringan lirih nada sang air yang berjuta-juta turun dari samawi..

Sang nona tampak bercermin di depan hamparan air yang tergenang, melihat wajahnya yang ternyata begitu berbeda, beda antara sang mimpi dan sang nyata. Sang nona sangat tahu perbedaan sang mimpi dan sang nyata, namun ia terlanjur terbuai dalam dekapan sang mimpi yang terlampau jauh batasnya dengan sang nyata. Sang nyata begitu dekat dengan sang nona, ia tak pernah jauh darinya sedetik pun. Berbeda dengan sang mimpi yang terkadang menghilang bagai ditelan bumi, tenggelam termakan rakusnya sang waktu.

Sang nona tetap terlena oleh sang mimpi, hingga terkadang mengabaikan sang nyata. Ketika sang nyata tak digubris, sang nona pun terisak. Karena tak mungkin pula ia bersama sang mimpi sedang sang nyata selalu hadir dalam setiap alunan detik kehidupannya.

Sang nyata begitu menyiksa adanya karena sang mimpi telah menguasai seluruh jiwa sang nona. Sang mimpi bagai lumpur hidup yang menenggelamkan seluruh pikiran sang nona, mengubur semua susunan syaraf di otaknya hingga membuat tertidur lelap dalam buaian sang angan, sejoli sang mimpi. Sang nyata terus berusaha membangkitkan sang nona dari tidurnya yang lelap, karena setiap detik sang nyata harus tetap ia lakoni sebagai wayang yang digerakkan oleh sang dalang dan ia harus mematuhinya bagaimana pun keadaan sang nyata itu.

Sang nona semakin ingin melarikan diri dari sang nyata. Namun, sang nona tahu bahwa sang mimpi pun  tak bisa ia gapai jika sang nyata tak memberi izin untuk mengubah sang mimpi menjadi bagian dari sang nyata. Lantas apa yang harus dilakukan sang nona?

Salam embun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun