Mohon tunggu...
Ika S Rukmana
Ika S Rukmana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malala Yousafzai: Pahlawan Perempuan Pakistan

30 September 2015   13:55 Diperbarui: 30 September 2015   14:10 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Usia Malala masih 17 tahun ketika dia penerima Nobel Perdamaian. Dia tidak berkeliling dunia menggunakan baju – baju cantik nan mewah untuk mengkampayekan perdamaian lho, namun dia ditembak oleh Taliban hanya karena dia ingin bersekolah. Yah! Dia ingin bersekolah dan mengenyam pedidikan seperti halnya perempuan – perempuan sesusianya di negara lain. Betapa miris melihat kenyataan yang ada bahwa perempuan tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan di Pakistan. Hak merekapun dirampas yang membuat masadepanpun terombang ambing.

Nobel berpendapat, bahwa Malala di usianya yang teramat belia mampu memberikan contoh konkrit bahwa anak muda juga bisa melakukan aksi atas ketidakadilan yang diterimanya demi memperbaiki nasib sendiri dan ansib para perempuan – perempuan disana. Dia berdiri menentang kekejaman tanpa harus mengangkat senjata. Jujur saja, cerita tentang Malala ini membuat siapapun meneteskan airmata sekaligus bangga. Sebagai perempuan Pakistan, dia baru berusia 11 tahun ketika pertama kali menyuarakan kesetaraan hak anak perempuan atas pendidikan seperti yang didapat anak laki-laki. Dalam jurnalis asing, Malala berkata, “ Berani banget Taliban merampas hakku atas pendidikan?”

Keren nggak sih ketika kita masih umur 11 tahun, kita mikirin apa sih? Malala sudah memikirkan kaumnya dan lebih hebat lagi ia berani ngomong dengan jelas dan lugas. Bukannya tanpa resiko, Talibanpun meluncurkan beberapa percobaan pembunuhan untuk membungkam Malala. Tapi hal itu tidak membuat Malala takut dan menyerah, malah dia semakin yakin dan berani mengampayekan tuntutannya : anak perempuan juga harus sekolah. Perjuangan Malalapun penuh likaliku, ia ditembaki dan menderita luka fatal yang mengancam nyawanya. Namun dia nggak mundur selangkahpun.

Siapa sih yang sebenarnya ‘orang kuat’ dibalik gadis kecil ini? Ternyata adalah ayahnya, Zianuddin Yousafai, Malalapun berterimakasih kepada ayahnya ketika ia menerima Nobel. “ Saya berterimakasih kepada Ayah, karena dia tidak memotong sayap saya dan mengizinkan saya terbang hingga saya meraih cita – cita saya. Malalapun ingin menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa perempuan tidak seharusnya dijadikan budak. Perempuan memiliki kekuatan untuk maju dalam hidup. Sementara itu, sang Ayah berharap bahwa perjuangan putrinya akan bergaung di seluruh dunia dan membantu perjuangan hak – hak perempuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun